Kalau Pemerintah Kota  Bandung dalam mengatasi sampah  punya program Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan) sebetulnya nama lain dari reduce,reuse dan recycle, maka warga Kota Malang bernama Yusuf Karyawan, menyebutnya sebagai Ngelongi, Nganggo, Ngolah.Â
Yusuf Karyawan, Pria kelahiran Cirebon, 3 Januari 1966 adalah pendiri Bank Sampah Eltari M-230 di Kelurahan Cemorokandang, Kecamatan Kedungkandang, Â kerap menjadi memberikan edukasi bagaimana mengelola sampah tidak saja di Kota Malang, Kota Batu hingga Kota Blitar. Â Tempat dia mendirikan bank sampah mendapat kunjungan tamu dari berbagai daerah hingga dari Jepang sebagai pengakuan dedikasi Yusuf Karyawan terhadap lingkungan hidup.
Tamu yang datang juga dari kalangan mahasiswa hingga staf pengajar berbagai universitas sempat mengira Yusuf adalah tamatan doktor perguruan tinggi, tetapi ternyata dia hanya SMA. Tetapi ketekunan dan kesabarannya membuatnya mampu menjadi edukator pengelolaan sampah di kotanya.
Berikut wawancaranya melalui Whatapp, pada 25 Mei 2024.
Bagaimana ceritanya sampai bisa terjun ke dunia pemilahan sampah?Â
Awalnya sekitar kami terpuruk ekonominya. Â Suatu ketika dua putra kami masih duduk di bangku SMP memulung botol dan gelas plastik bersama teman-temannya untuk bisa dapat uang untuk main playstation. Kebetulan kontrakan kami dekat dengan SMPN 22, Cemorokandang. Â Pada saat ini ponsel masih sangat mahal. Alhamdullilah, rupanya anak kami diberi petunjuk Allah SWT.
Suatu saat di akhir  2012  bertemu Induk BSM (Bank Sampah Malang) belajar memilah sampah.  Pada 30 Januari 2013 kami mendaftar dan menginduk ke BSM  dan mendirikan Unit Bank Sampah Eltari M-230.  Awal-awal merintis banyak suka dukanya, ditentang masyarakat sekitar, katanya dapat menimbulkan bau, mengundang tikus, merampas rezeki pemulung dan sebagainya.
Dalam perjalanan waktu, banyak meraih penghargaan serta  hadiah.  Kami mendapat kesempatan mendampingi beberapa nasabah dalam berbagai lomba terkait persampahan anorganik untuk menjadi juara pertama.
Bagaimana problem persampahan di Kota Malang?
Kota Malang seperti halnya kota lain di Indonesia dan dunia  mempunyai problem terkait persampahan. Beberapa bulan yang lalu di TPA Supit Urang juga terjadi musibah kebakaran, walaupun tidak besar, Alhamdulillah dapat di atasi. Di TPA Tlekung, Kota Batu juga ada problem, pemerintah Batu juga sedang berproses mencari solusinya.
Problem tumpukan sampah juga terjadi di TPA Piyungan (Yogyakarta). Dari tumpukan sampah berbagau pihak mempunyai  program jeglongan, biopori, biokonversi maggot untuk mencari biokonversi.  Menurut data KLHK, sampah yang ada di TPA berjumlah  sekira 60 % adalah sampah organik.
Di beberapa  daerah di Indonesia sudah muncul kesadaran dari pemerintah daerahnya walaupun belum banyak, seperti di Banyumas, Banyuwangi, Bali dan sebagainya mempunyai cara yang tepat untuk menangani sampah, sehingga di tempat tersebut menjadi lokasi studi banding serta studi tiru dari beberapa daerah serta Pemda & dan Pemkot di kota lain yang ngangsu kaweruh bagaimana cara kelola sampah yang baik.
Banyak hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi problem sampah dari sumbernya dari hulunya yaitu dari rumah tangga, ada konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle), Pilah, Kompos, Daur Ulang atau 3 Ng (Ngelongi, Nganggo, Ngolah).
Â
Apa yang paling penting harus dilakukan untuk mengatasi masalah sampah?
Masyarakat harus diberi pemahaman bahwa sampahku tanggung jawabku, sampahmu tanggung jawabmu. Kita tidak boleh menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah dalam hal sampah adalah Dinas Lingkungan Hidup, karena personil serta anggaran juga terbatas.
Mengubah mindset harus dilakukan secara komprehensif, kontinyu melakukan pilah sampah dari rumah, semua lini, semua bidang tanpa mengenal suku agama, tanpa mengenal tua dan muda, mulai dari pucuk pimpinan, bawahan dan semua lapisan masyarakat tanpa kecuali.
Para pemuka agama juga harus dilibatkan dalam tauziah serta kotbah-kotbahnya, kebersihan bagian dari iman tidak hanya sekedar jargon tapi harus di implementasikan dengan nyata, juga sekolahan dengan adiwiyatanya.
Lomba kebersihan dan penataan lingkungan baik level daerah seperti Lomba Kampung Bersinar, level provinsi seperti Lomba Kampung Berseri dan level nasional seperti PROKLIM semoga tidak hanya mengejar piala atau trophy saja akan tetapi selanjutnya ada maintenance yang kemudian timbul kesadaran yang tulus serta ihklas oleh masyarakatnya dalam menjaga lingkungan tetap asri dan lestari.
Masyarakat beserta pemerintah harus bahu membahu dalam menangani problem persampahan.
Â
Apa seharusnya fungsi bank sampah menurut Anda?
Â
Bank Sampah adalah salah satu cara mengatasi problem sampah juga pemulung dan lapak sampah, potensi masyarakat yang berdonasi dengan sampah juga sudah ada di Kota Malang. Hasil penjualan sampahnya bisa di gunakan untuk santunan anak yatim, dhuafa dan petugas pemungut sampah dll nya. Selaras dengan program Kementerian LHK bernama GRADASI.
Untuk atasi sampah organik bisa dimulai juga dari rumah kita misalnya sampah organik bisa di masukan ke Lubang Resapan Biopori yang akan menghasilkan kompos juga berfungsi mengurangi genangan air disekitar rumah kita, eco enzyme, POC (Pupuk Organik Cair), komposter dan biokonversi sampah organik oleh Maggot BSF. Marilah kita menjadi teladan bagi putra-putri kita, juga lingkungan sekitar kita dengan bijak mengelola sampah dari rumah kita
Kami juga membina serta mendampingi beberapa lapisan masyarakat yang ingin merintis Unit Bank Sampah, baik yang menginduk ke Bank Sampah Malang, maupun yang bersifat sosial menghimpun sampah dari masyarakat kemudian hasil penjualan didonasikan.
Sejak kapan membudidayakan maggot, Â lokasi budi daya maggot di mana?Â
Â
Sejak 2013 kami merintis Unit Bank Sampah Eltari M-230. Kemudian diversifikasi usaha, dengan menanam sayuran organik, dengan nama BANK TANI AL BARRU. Nama ini terinspirasi di ambil dari Asmaulhusna. Â Dua bidang tersebut dikelola oleh istri saya bernama Efrida Hartini, saya membantunya.
Juga menerima sayuran organik dari warga sekitar yang SOP nya sudah kami ajarkan, kami kemas dan di distribusikan ke beberapa gera dan toko sayuran semi modern lokal. Hasil sortiran sayuran kami berikan ke Maggot.  Lokasi Budi daya Maggot BSF di rumah kontrakan, mulai 2020.
Bagaimana bisa mengetahui budi daya maggot?
Â
Awalnya kami ikut kursus daring sekira  Rp5 juta tapi tidak berhasil, kemudian saya banyak mengikuti webinar, baca artikel, buku, majalah serta koran. Pernah juga ditegur oleh tetangga, karena bau. Saya terus mencoba, juga  trial by error.  Alhamdulillah, atas petunjuk Allah SWT berhasil menemukan cara / SOP agar tidak bau sampah organik. Bahkan menemukan formula penghilang bau sampah organik berbahan organik dari sayuran dan buah-buahan tertentu, yang tentunya aman bagi lingkungan hidup.
Saya tidak fokus kepada bisnisnya, akan tetapi edukasinya. Â Kalau semua ke bisnis-nya siapa yang akan mengedukasi kepada masyarakat, apalagi KLHK mencanangkan d pada 2030 tidak akan lagi membangun TPA baru di Indonesia.
Rata-rata sampah organik yang dapat dikelola  sekitar 100 kg, ada yang saya hargai Rp200 per kilogram  ada yang gratis seperti pabrik kue pia yang berikan limbahnya / returannya ke kami di GRIYA MAGGOT BSF.
Bagaimana pengembangannya?
Unit Bank Sampah Eltari M-230, Bank Tani Al Barru dan Griya Maggot BSF, menjadi lokasi edukasi bagi semua lapisan masyarakat baik masyarakat umum baik pribadi maupun kelompok, sekolahan (PAUD, TK, SD, SMP, SMA, SMK), Perguruan Tinggi baik yang mahasiswa magang, penelitian maupun yang skripsi, beberaap dosen juga ada yang belajar, seperti dari Papua.
Kami juga menjadi tempat KKN Mahasiswa dalam program TTG (Teknologi Tepat Guna), Nara sumber di bbrp lokasi, seperti di Induk BSM (Bank Sampah Malang), mendampingi juri Adipura, sekolah Adiwiyata, LP Wanita Klas IIA Sukun Kota Malang, kerjasama dengan bbrp sekolahan dan YDSF (Yayasan Dana Sosial Alfalah) pendampingan bunda-bunda yatim, juga di Gereja.
Kami mendampingi mahasiswa dan dosen yang KKN di luar daerah dan Malang Raya. Tempat kami juga menjadi lokasi kunjungan, tahun kemarin ada acara dialog pengolahan sampah Indonesia Jepang. Kami juga menerima kedatangan peneliti persampahan dari Jepang. Juga melatih kerajinan dari sampah ke beberapa lapisan masyarakat SD, SMP, SMA, SMK, termasuk pembekalan Duta FIA (Fakultas Ilmu Administrasi) Unibraw, juga kerja sama dengan FISIP Unibraw dalam SDG's nya.
Apa kelebihan budi daya  maggot dalam mengelola sampah?
Menurut penelitian para ahli, Maggot tidak mengandung vektor penyakit. Fresh Maggot dan Dry Maggot dapat digunakan sebagai alternatif pakan ternak, ikan dan unggas. Fresh Maggot kami gunakan sebagai pakan subtitusi Ikan Lele yang kami pelihara, juga punya langganan yang beli di kami untuk pakan Iguana. Kucing kami juga makan Dry Maggot.
Sementara minyak Maggot menurut para ahli dapat dibuat campuran bahan kosmetik juga Citin / Chitosan nya. Limbah budidaya Maggot dapat dibuat campuran pupuk kompos, yang kami aplikasikan di tanaman sayuran kami di rumah.
Biosilica dapat dibuat pupuk organik, bahan nya dari limbah arang sekam yang di proses destilasi. Kita lihat petani kita bila selesai panen banyak yang membakar arang dan jeraminya di pematang sawah, tujuan nya mengembalikan unsur harganya.
Sebagai catatan biosilica dapat diproses dari bahan letusan gunung berapi, tapi tidak semua wilayah di Indonesia ada gunung berapinya, alternatif lainya adalah dari sekam bakar yang diproses dengan cara tertentu.
Apa harapan ke depannya?
Kami berharap da fihak lain yang membantu mungkin dari Pemkot, CSR dan lain-lain, misalnya alat bantu seperti roda 3, mesin pembubur sampah organik, alat pencetak pelet ikan dan ungags. Kami juga membutuhkan sealer untuk mengemas dry maggot, ayam, bebek sebagai aplikator maggot sehingga ketika ada tamu mereka langsung faham dan tempat lokasi budi daya yang representatif.
Kami tetap selalu optimis, akan selalu membuka wawasan serta mindset masyarakat luas bahwa sampah dapat dikelola dari rumah dan sampah organik tidak berbau asalkan SOP-nya benar, serta ada nilai ekonominya / ekonomi sirkular.
Insha Allah pada  Juli 2024 kami diundang fihak pertambangan di Kutai Barat Kalimantan Timur.
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H