Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Perburuan dan Penyelundupan Satwa Liar Bisa Berdampak pada Perubahan Iklim

17 Mei 2024   17:18 Diperbarui: 17 Mei 2024   17:19 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pikiran Rakjat edisi 9 Juni 1951 melaporkan  sekira sepuluh ekor badak Jawa menjadi korban perburan gelap.  Padahal jumlah badak Jawa sebelum Perang Dunia ke II hanya sekitar 33 ekor.

Biangnya adalah cula badak yang waktu itu laku seharga Rp4.000, sepasang gigi  yang menyerupai taring bahkan laku Rp4.500, seentara kulit badan dijual dengan harga Rp200 per  kilogram.  Total seekor badak bisa menghasilkan cuan sebesar Rp50 ribu.  Jumlah itu besar masa itu.

Perburuan badak terakhir dilaporkan terjadi pada Mei 2022 di Citadahan melibatkan beberapa orang. Pelaku membunuh seekor badak dan mengambil culanya untuk dijual ke Jakarta dengan harga Rp280 juta.  Pelaku dan pembeli kemudian ditangkap pihak kepolisian. Sumber : Detik

 

Kasus Penyelundupan Satwa Liar di Indonesia

Contoh penyelundupan satwa liar  di Indonesia juga tak kalah kreatif, spektakuler sekaligus keji terjadi pada kakak tua jambul kuning. Pada Mei 2015. Pihak Polres Pelabuhan Tanjung Perak  menggagalkan penyelundupan hewan yang dilindungi sejak 2007 ini dan menangkap pelakunya yang baru turun dari KM Tidar Jurusan Papua-Makassar-Surabaya-Jakarta.  

Tidak tanggung-tanggung mereka memasukan hewan berukuran 12 inchi hingga 27 inchi itu dalam botol mineral 1,5 liter, dengan cara kaki ditekuk dan paruh di depan. Tidak terbayangkan sakitnya kakaktua itu dalam perjalanan.  Tragisnya, sebanyak 11 di antara 22 ekor kakaktua itu mati lemas.

Pada 2017 Bea cukai dan Polda Riau tiga kali menggagalkan penyelundupan trenggiling (Manis Javanica). Penangkapan pertama terjadi pada tanggal 5 Oktober 2017   Bea Cukai  berhasil mengamankan 95 ekor trenggiling dengan dua kotak sisik seberat 37,55 kg di kawasam Slingsing Jl. Lintas Dumai Pakning.  Sayangnya pelau melarikan diri.

Penangkapan kedua terjadi pada  24 Oktober 2017 dan telah diamankan sebanyak 101 ekor trenggiling dan yang ketiga aparat mengamankan 70 ekor trenggiling di Jalan Raya Pelalawan Bengkalis  yang akan diselundupkan ke Malaysia pada 1 November 2017.

Sisik trenggiling dipercaya oleh masyarakat Tiongkok sebagai obat untuk ibu yang mempunyai masaah menyusuai hingga radang sedi. Suatu keyakinan yang tidak terbukti secara ilmiah khasiatnya.  Padahal hewan ini mempunyai peran menjaga ekosistem untuk mengontrol populasi semut, rayap serta serangga lain di alam. 

Kehilangan trenggiling bisa menyebabkan serangga kekuarangan predator dan akan berakibat pada tanaman dan akhirnya juga mengganggu penyerapan emisi karbon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun