Catatan Sejarah Perburuan
Â
Tjoa Tjien Mo dalam tulisan bertajuk "Kebuasaan Manusia Terhadap Binatang  Liar Harus Dikekang" yang dimuat di  Rimba Indonesia,Tahun ke VI 1-2, Januari 1957 memberikan catatan yang baik bagaimana kekejaman manusia terhadap di masa lalu yang sulit ditolelir kalau itu terjadi sekarang Ketika kesadaran  bahwa musnahnya satu spesies memberikan efek pada ekosistem dan akhirnya  juga perubahan iklim.
Zebra bernama Guangga (EguusGuangga)  mempunyai ciri khas belang hingga leher saja. Hewan ini adalah subspesies zebra dataran  yang hidup dalam kawanan besar di dataran besar Afrika Selatan.  Sayangnya Guangga ini punah pada 1875.  Pemburu kulit putih  membunuh binatang secara membabi buta  karena kulit mereka mahal.  Guangga terakhir mati pada 1883 di Kebun Binatang Amsterdam.
Tjien Mo juga memberikan contoh bagaimana masyarakat kulit putih Amerika yang mengaku paling beradap memusnahkan bison  hewan khas Amerika.  Hingga abad ke 19 hidup berkelompok di Amerika antara Pegunungan Rocky Mountains dengan Sungai Mississipi dengan jumlah tak terhingga.  Orang Indian berburu bison untuk kebutuhan saja.  Memerka makana dagingnya. Sementara kulitnya untuk sepatu dan pakaian.
Lain halnya dengan bangsa Kulit Putih  senang memburu bison dengan menembak matinya untuk kesenangan.  Bencana bagi bison ketika Jalan Kereta Api New York-San Fransisco dibangun. Bison dibunuh secara besar-besaran untuk kepentingan kelancaran pengangkutan hasil bumi.
Cara membunuhnya terbilang kreatif dan keji.  Bison betina yang memimpin kawanan dieksekusi mati hingga kawanan bingung. Lalu 100 ekor mati dalam satu jam.  Para pemburu menggiring kawanan bison  ke jurang dengan  kedalaman berpuluh meter,  akibatnya bison jatuh remuk atau patah kaki.  Kemudian kulit dan lidahnya diambil.
Pada 1870 hingga 1875 sebanyak satu juta ekor bison dibinasakan per tahun.  Akibatnya pada 1881 hanya tinggal 300 ribu bison.  Walaupun berburu bison  dihentikan 1886,  hanya tinggal 1091 ekor bison pada 1889. Kalau saja Pemerintah AS tak lakukan pelarangan, bison akan menyusul nasib guangga.  Â
Tjin Mo juga mengungkapkan pembantaian anjing laut di sebuah pulau es untuk diambil kulitnya sekitar 1911 di sebuah Pulau es Ktub Utara.  Dia menggambarkan bagaimana gembiranya awak kepal melihat sebuah pulau es penuh anjing laut.  Sebanyak 250 orang pemburu  tumpah ruah dan mulai berpesta. Binatang dikuliti lalu bangkainya dibuang ke laut atau ditinggalkan di salju dan es.  Sebanyak 33 ribu ekor anjing laut binasa hanya dalam berapa hari.  Sedangkan Tuhan memeliharanya berpuluh abad.
Indonesia juga mempunyai catatan buruk tentang perburuan dan penyelundupan satwa yang dilindungi. Contoh yang paling popular adalah badak. Â Salah satu dari tiga spesies badak yang ada di Asia adalah Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) hanya terdapat di Indonesia.Â
Hewan yang kini hidup di kawasan suaka alam Ujung Kulon, Banten  sejak lama menjadi target perburuan gelap.  Padahal  Ujung Kulon tempat habitat badak sudah dijadikan cagar alam oleh pemerintah Kolonial Belanda pada 1921 dan statusnya menjadi suaka margasatwa pada 1937 dengan luas 41.120 hektar.