Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Bandung Artikel Utama

Braga Free Vehicle, Jika Terwujud Keren

26 April 2024   20:29 Diperbarui: 3 Mei 2024   01:25 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menyambut baik rencana Pemerintah Kota Bandung untuk menerapkan program Braga Free Vehicle. Rencananya setiap akhir pekan, yaitu Sabtu dan Minggu, kawasan Braga bebas dari kendaraan bermotor.

Seperti dikutip dari Situs Kota Bandung, Penjabat Wali Kota Bambang Tirtoyuliono mengungkapkan program Braga Free Vehicle bertujuan mengurangi kemacetan, sekaligus juga untuk meningkatkan pariwisata sekaligus menghidupkan budaya lokal.

Kalau saya tidak salah tangkap, jika itu terjadi menurut rencana Braga Free Vehicle diterapkan Mei mendatang, pada akhir pekan pengunjung Braga berjalan kaki menelusuri keindahan salah satu spot Kota Bandung yang masih mempunyai banyak bangunan bersejarah yang termasuk Bandung Heritage.

Saya kira juga Pemkot menambahkan atau memberikan peluang untuk digelarnya pertunjukkan acara dan atraksi seni dan budaya di kawasan Braga. Komunitas seni tradisional, band indie yang banyak bertebaran di Kota Bandung akan mendapatkan kesempatan untuk promosi.

Yang ada di benak saya, Braga Free Vehicle seperti layaknya ketika saya mengunjungi acara Braga Festival pada September 2012 dan 2013. Selama akhir pekan itu seluruh Jalan Braga dari Suniaraja hingga Alun-alun itu ditutup, lalu spot musik dan stand-stand UMKM, kerajinan hingga kuliner.

Kemudian pengunjung pada jam tertentu singgah di Gedung Majestik (bekas bioskop) untuk menyaksikan beberapa acara atau talkshow. Dengan demikian pengunjung Braga Festival mendapatkan paket komplit. Banyak juga spot untuk swafoto.

Spot musik spontan di Braga, kesan merakyat-Foto: Irvan Sjafari diambil 2023
Spot musik spontan di Braga, kesan merakyat-Foto: Irvan Sjafari diambil 2023

Menjelajah Braga adalah seperti lorong waktu, selain De Majestic, terdapat Gedung Bioskop Braga Sky berdiri 1957 dan kini menjadi tempat hiburan, Toko Kacamata A. Kasoem bersejarah berdiri 1950-an dan Rumah Makan Braga Permai dan Rumah Makan Sumber Hidangan dari era Kolonial, serta sejumlah toko lainnya yang saya harap tetap berfungsi.

Salah satu daya tarik Braga yang saya sukai ialah sebuah hotel khusus Backpacker Chez Bon Hotel (pernah dimiliki almarhum Bondan Winarno dan kini berganti nama jadi Populaire. Saya juga pernah menginap di sini dengan nama baru.

Saya suka menginap di hotel backpacker yang letaknya begitu strategis. Dulu kami backpacker makan pagi di atap (roof) roti dan telur dadar atau selai secara prasmanan dan ngobrol dengan tamu mancanegara.

Hanya saja ketika tinggal di hotel backpacker itu, akhir pekan itu begitu padat dengan kendaraan, padahal kawasan pedestrian juga padat. Saya harap dengan tidak berlalu-lalangnya kendaraan, maka pengunjung akan lebih leluasa menjelajah Braga. 

Saya bersama kawan-kawan Putera-puteri Parekraf 2023-Foto: Dokumentasi Irvan Sjafari
Saya bersama kawan-kawan Putera-puteri Parekraf 2023-Foto: Dokumentasi Irvan Sjafari

Praktis sehari tidak akan cukup menikmati trip di kawasan yang pendek ini, jika semua spot menjadi maksimal dan ujungnya di alun-alun, termasuk juga para penjaja lukisan. Apalagi di pedestrian sudah ada bangku-bangku bagi pengunjung melepas penat,

Terakhir saya berkunjung ke Bandung pada 2023 lalu sudah ada jasa fotografer digital yang menawarkan momen dengan foto berkualitas bagus mulai dari alun-alun hingga Braga. Jika kebijakan ini jadi diterapkan tentunya mereka juga akan terdongkrak penghasilannya

Aspirasi wisatawan berbagai segmen tertampung, yang dari kalangan menengah atas ada berapa hotel dekat kawasan itu. Ada semacam mal di sana.

Hanya saja perlu dipikirkan yang bawa kendaraan bermotor akan diparkir di mana? Tetapi ada Hotel Savoy Homman atau Grand Preanger. Salah satu tempat yang disebut Pemkot Bandung adalah yang jadi Taman Parkir adalah Taman Dewi Sartika. Tidak masalah kan jalan kaki? Perlu juga spot tempat berteduh jika terjadi hujan lebat.

Bagi backpacker, kebijakan ini tampaknya juga menguntungkan. Mereka bisa makan di warung kaki lima yang pasti ada di gang-gang. Mereka bisa jalan kaki di alun-alun yang kini sudah direvitalisasi. Di kawasan Alun-alun, ada Masjid Agung yang ikonik untuk emreka yang salat dengan fasilitas Wifi.

Jangan lupa dekat dengan teras Sungai Cikapundung yang juga banyak warung kaki limanya kalau malam. Di sana ada Warung Mi Kocok yang bersejarah. Bayangkan dampak ekonominya bagi para pelaku UMKM.

Saya harap para pedagang buku bekas di dekat Braga dipertahankan, karena keberadaan mereka juga daya tarik. Pengunjung tinggal berjalan kaki di sana. Kawasan Naripan akan ramai. Jadi bukan saja kawasan Braga yang akan terdampak tetapi juga di sekitarnya.

Hanya saja Pemkot Bandung harus mengantisipasi dampak sampah yang mungkin lebih banyak dari hari biasa. Perlu tenaga kebersihan yang ekstra.

Salah seorang warga Bandung, Auryn juga menyambut baik kebijakan ini. Vokalis sebuah band metal di Kota Kembang ini usul ini keren. "Braga akan semakin kuat menjadi tempat hangout di Bandung dan salah satu destinasi yang rekomen pastinya," katanya ketika saya hubungi, 26 April 2024.

Mahasiswa Program Pendidikan Seni Tari di Universitas Pendidikan Bandung Mawar Siswanto juga menyambut baik rencana ini. Padatnya kendaraan bermotor membuat keindahan bangunan bersejarah menjadi tidak terlihat, selain membuat sulit untuk berjalan kaki.

"Bagi aku berakhir pekan di Braga bukan saja minum kopi tetapi juga bisa membaca buku sambil duduk di bangku pinggir jalan dan tidak adanya kendaraan bermotor yang lalu lalang membuat aktivitas untuk wisata menjadi lebih nyaman," ujar dara berusia 20 tahun ini ketika saya hubungi 26 April 2024.

Saya kira kebijakan ini mendapat dukungan luas warga Bandung. Hanya saja, saya berharap kebijakan ini akan berlaku permanen. Braga Free Vehicle akan mendorong kawasan ini tumbuh menjadi destinasi wisata dari berbagai kalangan untuk berinteraksi, baik wisatawan mancanegara, maupun wisatawan nusantara dengan warga Bandung, tanpa batas sekat sosial. 

 

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun