Kemudian bermunculan berpuluh-puluh organisasi pandu yang berbasis komunitas dan akhirnya bersatu di bawah Pramuka 14 Agustus 1961. Â Baca juga: Riwayat Rakyat Muda yang Senang Bekerja di Suluh Indonesia. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Sebetulnya ekskul seperti PMR dan Pencinta Alam menanamkan nasionalisme. Sekalipun saya meragukan anak-anak milenial sebetulnya masuk kegiatan visioner tersebut dari hati atau tidak. Jangan sampai karena terpaksa.Â
Kalau soal nasionalisme, Palang Merah Pemuda juga pernah ikut terlibat dalam perang kemerdekaan dan sejumlah anggotanya ikut gugur.
Dalam buku Dr. AH Nasution, Sekitar Perang kemerdekaan IV : Agresi Militer I, Bandung: Angkasa 1978 disebutkan bahwa organisasi Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) juga punya unit Palang Merah Pemuda.
Selain itu ada juga Palang Merah Pemuda yang bekerja di PMI. Ketika terjadi agresi, anggota PMP ini hilir mudik membawa korban luka dalam pertempuran ke Kota Malang.
Ketika Malang jatuh ke tangan Belanda pada 31 Juli 1947, tentara KNIL dituturkan membunuh dua orang anggota PMP yang terperangkap di RS Celaket.
Nama awal PMR adalah Palang Merah Pemuda.  Secara resmi  didirikan pada 1 Maret 1950 oleh Siti Dalima. Ketika didirikan terdapat 15 cabang  sudah mempunyai  2.047 anggota.
Tujuan pendirian Palang Merah Pemuda ialah menyebar benih kepalangmerahan di kalangan pemuda dan pemudi Indonesia di bawah umur 18 tahun.
Kegiatan PMP pada 1950 menurut buku Sejarah Pembentukan PMI 1945-1953, terbitan PMI Jakarta, 1953 membuat barang kerajinan untuk ditukarkan dengan barang kerajinan yang dibuat sesama anggota Palang Merah Pemuda dari negara lain.
Pada waktu meletus peristiwa Republik Maluku Selatan, anggota PMP memberikan barang-barang ini kepada anak-anak yang tinggal di Ambon dan sekitarnya. Mereka juga membantu menyalurkan susu yang disumbangkan UNICEF kepada anak-anak sekolah.
Pada masa itu kegiatan PMP tidak berbasis di sekolah-sekolah seperti sekarang, tetapi membentuk komunitas- komunitas, seperti halnya juga kegiatan kepanduan masa itu.