Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Panji Tengkorak Tonggak Film Silat Modern Indonesia, Harimau Tjampa Pelopornya

26 Maret 2024   21:36 Diperbarui: 26 Maret 2024   22:51 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan Harimau Tjampa-Kredit: Islamindonesia

Panji Tengkorak adalah salah satu film pertama yang saya tonton  ketika masih kanak-kanak di Drive In sekira 1970-an bersama orangtua.  Pada waktu itu yang terbesit di kepala adalah jagoan perempuan yang setelah dewasa saya baru tahu bernama Dewi Bunga dan diperankan oleh aktris Taiwan Shan Kuang Ling Fung.

Yang lain terbesit ialah seorang pendekar bertopeng yang kemudian disebut pandji Tengkorak yang berpakaian tambalan.  Pesona lainnya  adalah  nuansa seni budaya Bali yang kental, seperti Ngaben, Tari Kecak, dan berapa tarian lain.

Adegan perkelahian yang saya ingat ialah duel antara Dewi Bunga dengan salah seorang pendekar hitam di antara batu-batu pura yang disusun berbaris tak kalah dengan film Kungfu China masa itu. Saya beruntung bisa menyaksikan ulang film ini di Youtube walau kualitas tidak terlalu baik.

Adegan pertarungan di antara pohon-pohon kelapa memberikan nuansa ke-Indonesiaan.  Ketika Dewi Bunga disergap sekelompok penjahat dan ditolong oleh seorang pemuda bernama Panji (Deddy Sutomo), yang tak lain tokoh di balik Panji Tengkorak.

Belakangan saya baru tahu bahwa film ini adalah salah satu film kolaborasi antara rumah produksi Indonesia dengan Hongkong.  Cerita diangkat dari komik cerita silat fantasi karya Hans Jaladara yang terbit pada 1968.

Film ini dibuka dengan penyerangan yang dilakukan sosok bertopeng tengkorak terhadap sebuah perguruan untuk mengambil pedang mustika perguruan itu. Sang Guru terbunuh, Dewi Bunga pun bertekad mencari Panji Tengkorak untuk membalas dendam.

Dalam pengembaraannya Dewi Bunga bertemu dengan Mariani (Lenny Marlina), yang mencari adiknya yang diculik kelompok Kebobeok (Maruli Sitompul). Dari pertemuan itu Dewi Bunga mendapatkan informasi lain bahwa Panji Tengkorak adalah pendekar Budiman yang melindungi desa Mariani dari gerombolan Kebobeok.

Gerombolan Kebobeok ini jugalah yang berada di belakang pembunuhan Guru Dewi Bunga.  Lalu Panji Tengkorak asli dan Dewi Bunga bersama-sama  menghadapi gerombolan itu. Plot biasa dalam cerita silat.

Pada waktu kanak-kanak saya terpukau pada film ini dan melihat betapa luar biasanya film silat Indonesia plus kekayaan seni tari Bali.  Tetapi pada masa sekarang saya melihat budaya Bali seperti tempelan dan menjual eksotisme, tidak ada hubungan yang terlalu signifikan dengan cerita.

Kecuali, dalam suatu adegan "pemakaman" Guru Dewi Bunga melalui upacara Ngaben, berarti gurunya orang Bali.   

Lainnya adalah serangan Kebebeok terhadap desa yang sedang menggelar tari kecak terlalu mengada-ngada.  Tetapi mungkin maksud memasukan pertunjukkan tari pada  masa itu (1971) mempromosikan budaya Bali di awal Orde Baru dan sebagai kebangkitan ekonomi Indonesia setelah porak-poranda pada 1960-an.

Pertanyaan lain ialah pada abad ke berapakah setting Pandji Tengkorak ini?  Tidak mungkin abad ke 18-19, kerajaan-kerajaan di Bali seperti Singaraja, Buleleng, Karangasem kuat nggak mungkin mereka diam saja kalau ada gerombolan penjahat. Belanda saja pernah keok pada 1848 dalam Perang Jagaraga II, apalagi gerombolan perampok. Mungkin sebelum abad ke 18.

Kalau Si Buta dari Gua Hantu biasa ditebak kira-kira 1890-an sama dengan era Si Pitung. Pada  masa itu penindasan terhadap rakyat makin menjadi-jadi di era Ekonomi Liberal, di mana banyak tuan tanah Eropa dan para pangrehpraja memihak mereka, seperti Bupati hingga wedana dan demang.  Si Buta melawan Opas dalam Mawar Berbisa dan kisah Rajamandala adalah pejabat pribumi yang kejam.

Kembali ke film, Panji Tengkorak merupakan salah satu film perdana Deddy Sutomo era 1970-an, sebelum dia dikenal publik pada 1980-an.  Lenny Marlina juga menjadikan Panji Tengkorak sebagai salah satu film perdananya.  Peran mereka dalam film cukup signifikan, tetapi entah mengapa Shan Kuang Ling Fung terlihat menonjol.

Bagi saya  Panji Tengkorak adalah film silat  Indonesia  pertama digarap dengan cara modern seperti orang bisa melayang dari atap ke atap, pohon ke pohon.  Setelah itu baru muncul trilogi Pitung, Si Buta dari Goa Hantu, Jaka Sembung, akhirnya paling anyar Pendekar Tongkat Emas dan Wiro Sableng.

Harimau Tjampa

Meksipun demikian masih ada film silat Indonesia sebelum Panji Tengkorak, yaitu  yaitu Harimau Tjampa (1953) berlatar belakang silat Minangkabau pada 1930-an.

Harimau Tjampa digarap Pefini deengan  D. Djajakusuma sebagai Sutradara dan Usmar Ismail  sebagai Produser. Film ini dibintangi beberapa aktor dan aktris hebat kala itu seperti B Hermanto, Nurnaningsih, Rd Ismail, Tity Savitry, Malin Maradjo dan lain-lain.

Adegan Harimau Tjampa-Kredit: Islamindonesia
Adegan Harimau Tjampa-Kredit: Islamindonesia

Film ini sarat dengan nilai Islam dan Melayu, serta bagaimana eratnya persebatian dunia Melayu dengan ajaran Islam. Selain itu juga terdapat filosofi mendalam dan mendasar tentang ilmu silat nusantara.

Dengan latar  1930an, Harimau Tjampa berkisah tentang  Lukman, yang berniat balas dendam terhadap kematian ayahnya dengan cara mencari dan belajar guru silat.

Lukman mulanya ingin berguru dengan  Datuk Langit, tapi rupanya sang Kepala Negeri itu meminta imbalan yang tak bisa ia jangkau. Akhirnya  berguru dengan Saleh dari Padepokan silat di Kampung Pauh itu terasa sangat islami dan menjunjung akhlak dan nilai keislaman.

Para murid berkumpul di masjid, selalu salat berjamaah, dan belajar untuk rendah hati. Dari awal, sang guru mempertanyakan movitasi Lukman belajar. " Kalau tidak ada berada, tak kan tempua bersarang rendah," ujarnya.

Saleh menasehati agar ilmunya tidak digunakan sembarangan, hanya untuk pertahanan diri. Bagaimana Lukman bisa menggunakan ilmu itu dan akhirnya membalas dendam atas kematian ayahnya menjadi inti cerita film ini.

Setelah menyaksikan di Youtube dengan kualitas gambar tidak terlalu bagus, hitam putih, gerakan silatnya lebih mirip pertunjukkan teater gerakan dengan pukulan dan tendangan yang lambat, memperlihatkan seni silat asli. 

Namun untuk masa itu dan keadaan Indonesia masa awal Revolusi patut juga diacungkan jempol berani menggarap tema-tema yang tidak biasa masa itu.   

Bagi saya Panji Tengkorak adalah peletak tonggak film silat modern Indonesia, tetapi pelopornya adalah Harimau Tjampa.

Irvan Sjafari

Untuk Tugas Ketujuh Tantangan Komiks  Film yang menurut kalian harus ditonton sekali seumur hidup

Foto dan referensi Lainnya

Foto:  https://web.facebook.com/HansJaladaraKomik/posts/mengenang-kembali-saat-saat-alm-bp-deddy-sutomo-dalam-film-panji-tengkorak-beber/10155532616562951/?_rdc=1&_rdr

https://islamindonesia.id/budaya/budaya-harimau-tjampa-kelindan-pencak-silat-dengan-islam.htm

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun