"Bandung tempat asal kita seperti apa sih! Apakah seindah ini!"
"Nggak usah tanya-tanya! Sudah enak Bandung yang di sini!" Ibu saya Sundari menjawab dengan santai.
Tetapi ayah dan ibu tidak tahu diam-diam aku membaca diary terakhir milik ayahku yang lumayan memberikan informasi bahwa Bandung tempat asalku menyeramkan, mulai membuang sampah sembarangan, gangster bermotor, perdagangan perempuan, mata air banyak yang hilang.
Hingga curhatan diam-diam dia mencintai ibuku namun selalu nggak digubris.  Bahkan dia rela mati untuk ibuku.  Bahkan di catatan terakhir pada hari  pertama dia harusnya mati jadi perisai ibuku. Baca: Tengah Malam Jahanam
Ibuku pernah berapa kali teriak di tengah malam, waktu masa lalu dia nyaris dilecehkan laki-laki para penjualan perempuan itu.
Ayah berusaha menenangkannya.
Aku bersumpah jika punya kekuatan akan kubuat laki-laki ini mendapatkan cintanya. Aku bersumpah akan menghancurkan semua yang menyakiti ayah dan ibuku. Tetapi kan itu artinya aku kembali ke planet asal ayah dan ibuku, bagaimana caranya?
Logikanya seperti Hiyang mengambil ayah dan ibu dari Bumi dan menempatkannya di suaka manusia di sini? Â Pasti mereka punya kendaraan yang bisa menempuh jarak jutaan tahun cahaya.
Kami sekeluarga dekat dengan Hiyang Ridara. Kami utak-atik dari nama ayah dan ibu.  Hiyang ini pernah diselamatkan oleh ayah dan ibu di tempat asalnya ketika jadi burung dan Hiyang Ridara ini menyelamatkan ayah dan ibu dari para durjana di tempat asalnya dan mahluk  yang gemar mengisap darah manusia.
Hiyang Ridara mengajari kami untuk membaca dan mengendalikan pikiran manusia bahkan hewan. Namun Ananda belajar sekadarnya, kalau aku tuntas.Â
Namun kami berdua dikasih pakaian kamuflase yang membuat para hiyang di planet ini dan juga planet tempat asal manusia tidak tampak, tetapi ada orang yang punya bakat bisa melihatnya.