Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Benarkah Konsumsi Daging Merah Penyumbang Emisi Karbon?

5 Maret 2024   06:49 Diperbarui: 5 Maret 2024   07:19 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barbeque-Foto: Freepik

Konsumsi daging merah bukan saja berdampak pada kesehatan tetapi juga emisi karbon yang memicu pemanasan global. 

Selama ini publik umumnya mengetahui  konsumsi tinggi produk hewani diketahui meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan kanker tertentu.

Nah, Peneliti dari Universitas McGill di Montreal Kanada menambahkan bahwa daging merah, daging olahan, dan produk susu merupakan kontributor utama emisi gas rumah kaca.

Dalam studi di Kanada ini, Tim McGill  bekerja sama dengan London School of Hygiene & Tropical Medicine menemukan bukti dengan mengganti sebagian daging merah dan daging olahan dengan makanan berprotein nabati bukan saja meningkatkan umur manusia tetapi juga mengurangi perubahan iklim.

Dalam studi yang dipublikasikan di Nature Food, Tim Peneliti mengambil data dari survei nutrisi nasional untuk menganalisis catatan pola makan masyarakat Kanada.

Studi ini memodelkan penggantian sebagian (25% dan 50%) daging merah dan daging olahan atau produk susu dengan makanan berprotein nabati seperti kacang-kacangan, biji-bijian, polong-polongan, tahu, dan minuman kedelai yang diperkaya, dengan kombinasi hasil nutrisi, kesehatan, dan iklim.

Para peneliti mengungkapkan jejak karbon terkait pola makan seseorang menurun sebesar 25% ketika mereka mengganti separuh asupan daging merah dan daging olahan dengan makanan berprotein nabati.  Sementara substitusi susu menunjukkan penurunan yang lebih kecil yaitu hingga 5%.

Penulis pertama dan lulusan PhD baru-baru ini di Departemen Ilmu Hewan McGill, Olivia Auclair menyampaikan manfaat tambahan bagi kesehatan manusia dan bumi tidak serta merta memerlukan perubahan pola makan secara besar-besaran.

"Perubahan pola makan cukup dengan melakukan substitusi sederhana terhadap daging merah dan daging olahan, khususnya. , dengan makanan berprotein nabati," jelas Auclair seperti dilansir dari situs Universitas McGill 4 Maret 2024 

Dalam studi ini, para peneliti  menyatakan jika separuh dari daging merah dan daging olahan dalam pola makan seseorang diganti dengan makanan berprotein nabati, mereka dapat hidup rata-rata, hampir sembilan bulan lebih lama, karena berkurangnya risiko penyakit kronis.

Jika dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, laki-laki akan memperoleh keuntungan lebih banyak dengan melakukan peralihan, dengan peningkatan harapan hidup dua kali lipat dibandingkan perempuan.

Sebaliknya, penggantian sebagian produk susu dengan makanan berprotein nabati menyebabkan peningkatan harapan hidup yang lebih kecil dan disertai dengan  peningkatan kekurangan kalsium hingga 14%.

"Saya berharap temuan kami akan membantu konsumen membuat pilihan makanan yang lebih sehat dan berkelanjutan serta memberikan informasi bagi kebijakan pangan masa depan di Kanada," kata penulis senior Sergio Burgos, Associate Professor di Departemen Ilmu Hewan McGill dan ilmuwan di Research Institute of McGill University Health Centre.

Penelitian Universitas Illionis

Penelitian dari Universitas McGill ini  mengingkat pada studi dari tim peneliti dari Universits Illionis yang dirilis pada 2021.  Studi yang juga dimuat di Nature Food menuturkan produksi makanan global bertanggung jawab atas sepertiga dari seluruh emisi karbon.

Penyumbang pemanasan global yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, dan penggunaan hewan untuk daging menyebabkan polusi dua kali lipat dibandingkan produksi makanan nabati.

Seluruh sistem produksi pangan, seperti penggunaan mesin pertanian, penyemprotan pupuk dan pengangkutan produk, menyebabkan 17,3 miliar metrik ton gas rumah kaca per tahun, menurut penelitian.

Ilmuwan iklim di Universitas Illinois dan salah satu penulis makalah Atul Jain menyatakan pelepasan gas dalam jumlah besar yang memicu krisis iklim ini melebihi dua kali lipat total emisi di AS dan mewakili 35% dari seluruh emisi global.

"Studi ini menunjukkan keseluruhan siklus sistem produksi pangan, dan para pembuat kebijakan mungkin ingin menggunakan hasilnya untuk memikirkan cara mengendalikan emisi gas rumah kaca," kata Atul Jain seperti diirlis oleh The Guardian 13 September 2021.

Penelitian menemukan bahwa penggunaan sapi, babi, dan hewan lainnya untuk pangan, serta pakan ternak, bertanggung jawab atas 57% dari seluruh emisi  karbon dari produksi pangan.  Sementara 29% berasal dari budidaya pangan nabati.

Sisanya berasal dari penggunaan lahan lain, misalnya untuk kapas atau karet. Daging sapi sendiri menyumbang seperempat emisi yang dihasilkan dari pemeliharaan dan penanaman pangan

Analisis FAO

Badan Pangan Dunia (FAO) mengungkapkan hal senada bahwa  14,5% dari semua emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia disebabkan oleh peternakan.

Industri ini tidak hanya mengeluarkan karbon dioksida (CO2), tetapi juga gas metana (CH4) dan dinitrogen oksida (N2O). Kedua gas ini memainkan peran yang mirip dengan CO2 dalam mendorong pemanasan global.

Meskipun metana dan dinitrogen oksida tidak tinggal di atmosfer selama CO2, potensi pemanasan iklim masing-masingnya sekitar 25 kali dan 300 kali lebih tinggi daripada karbon dioksida.

FAO mencatat setiap orang rata-rata mengonsumsi 23,1 kilogram daging setiap tahun pada  1960-an, angka itu menjadi 43,2 kilogram pada 2019. Studi yang dikutip DW 3 November 2022 ini menunjukkan bahwa negara-negara kaya cenderung mengonsumsi lebih banyak daging. https://www.dw.com/id/cek-fakta-seberapa-buruk-konsumsi-daging-bagi-iklim/a-63629767

Sebagian besar emisi dalam peternakan dihasilkan dari produksi pakan ternak (58%) dan dilepaskan selama proses pencernaan hewan (31%); sapi, domba, dan kambing menghasilkan metana dalam jumlah besar.

Pemrosesan dan transportasi sektor peternakan menyumbang bagian yang cukup besar dari emisi gas rumah kaca (7%), serta penyimpanan pupuk kandang (4%).

Sekitar 87% emisi metana dan nitrogen oksida dalam peternakan disebabkan oleh peternakan sapi karena jumlah hewan yang sangat banyak.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun