Ketika tim peneliti memilah data berdasarkan spesies nyamuk, mereka menemukan bahwa penggundulan hutan meningkatkan prevalensi malaria di wilayah di mana kedua spesies antropofilik tersebut dominan. Â Namun para penliti tidak menemukannya di wilayah di mana Anopheles arabiensis berkembang biak.
Temuan ini juga memperkuat hubungan antara penggundulan hutan dan malaria yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya dan menggarisbawahi kompleksitas faktor yang mempengaruhi penularan penyakit, termasuk spesies nyamuk dan lingkungan yang terganggu.
Perbaikan Ekosistem Bermanfaat Bagi Masyarakat MiskinÂ
Rekan penulis studi Brendan Fisher, seorang guru besar Sekolah Lingkungan dan Sumber Daya Alam Rubenstein di UVM Â memandang temuan ini menambah bukti bahwa ekosistem yang berfungsi dengan baik memberikan manfaat bagi manusia, khususnya masyarakat termiskin.
Manfaat hutan sering kali diungkapkan dalam istilah ekonomi atau sebagai manfaat bagi kesehatan mental kita di media barat dan akademis. Studi ini menunjukkan manfaat hutan dalam mengurangi risiko penyakit menular yang mematikan.
"Kita berbicara tentang hutan, yang mampu melakukan tugasnya sendiri, yang berpotensi membendung ribuan kematian setiap tahunnya," kata Fisher.
Hutan memberikan banyak manfaat bagi manusia seperti mendaur ulang air, menyimpan karbon, dan bahkan meredakan kecemasan.
Namun para peneliti membangun basis bukti yang menunjukkan bahwa kehidupan anak-anak bergantung langsung pada ekosistem hutan yang berfungsi dengan baik.
Mereka menunjukkan konservasi, setidaknya sebagai langkah berikutnya, tampaknya memberikan manfaat bagi mereka yang paling tidak mampu membeli tindakan kesehatan alternatif. Â Konservasi jalan keluar bagi mereka yang tidak bisa mengaksesvaksin, kelambu, air yang disaring, perjalanan ke rumah sakit , obat antimalaria.
"Semua hal tersebut menguntungkan kelompok masyarakat tertentu, sedangkan hutan tidak terlalu peduli dengan kekayaan Anda," cetus Fisher.
Perubahan iklim menimbulkan tantangan tambahan karena kenaikan suhu mendorong reproduksi nyamuk. Studi UVM menemukan bahwa peningkatan suhu sangat terkait dengan prevalensi malaria di seluruh wilayah dan proyeksi iklim di Afrika Sub-Sahara dapat memperburuk masalah ini.