Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Puntung Rokok, Jahanam Kecil Penebar Racun di Lingkungan

28 Februari 2024   10:51 Diperbarui: 28 Februari 2024   11:03 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puntung rokok kerap dianggap sebagai sampah biasa, mungkin karena ukurannya kecil. Wacana tentang sampah puntung rokok kerap tenggelam dengan sampah organik sampah nonorganik, dalam hal ini sampah plastik.

Padahal menurut Penasehat Senior Nexus3 Foundation Yuyun Ismawati puntung rokok  tak kalah jahanamnya karena mengandung racun yang banyak sekali. 

Sampah puntung rokok berserakan di seluruh dunia baik di air, laut, sungai dan tanah. Dia juga menyampaikan berdasarkan sejumlah referensi, racun dari rokok itu sangat banyak sekali.

Filter rokok yang dihisap dapat melepaskan hidrokarbon aromanik polisklik (PAH), terutama naftalena, nikotin, etilfenil, benzena, toluene, etilbenzol, xilena (BTEX), dan logam berat ke dalam air.

"PAH terlarut, nikotin, BTEX dan logam berat bisa terakumulasi dalam jaringan biodata perairan," ujar Yuyun dalam seminar daring "Dampak Filter Plastik Puntung Rokok Bagi Kesehatan" yang digelar Yayasan Lentera Anak dan Aliansi Zero Waste Indonesia, 27 Februari 2024.

Menurut Yuyun, kalau rokok terlepas ke lingkungan ada yang namanya lethal concentration (LC50). Jadi kalau  racun ini  terlepas ke air misalnya, dia bisa membunuh 50% populasi biota perairan yang ada.

Hal ini berdasarkan sebuah studi di AS yang menguji beberapa puntung rokok dalam satu tangki berisi satu liter air  ternyata membunuh separuh ikan yang ada di dalam tangka itu.

Kerugian Akibat Rokok

Sementara pada kesempatan yang sama  Komite Nasional Pengendalian Tembakau Advisor Jalal mengkritisi tanggung jawab sosial dari industri rokok.

Industri rokok  menurut Jalal jadi contoh Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggungjawab sosial  yang tidak bertanggungjawab.  Pada sisi lain  di mata orang Indonesia tanggungjawab sosial di Indonesia dan negara berkembang  salah kaprah mengira  tanggungjawab sosial itu identik dengan  sumbangan.

"Padahal arti yang benar adalah  tanggungjawab perusahaan terhadap dampak dan keputusan yang dilakukan pada masyarakat dan lingkungan. Tujuan CSR berkontribusi bertanggungjawab pada pembangunan berkelanjutan," ujar Jalal.

Jalal mengutip penelitian yang dilakukan Maria Zafeiridou dan kawan-kawan dalam Jurnal Enviromental Science and Technology pada 2018   mengungkapkan total bahan masukan untuk produksi global enam triliun batang rokok pada 2014 menghabiskan  27,2 juta ton material.

Selain itu enam triliun batang rokok itu menghabiskan   energi melebihi 62 juta juta joule dan memakai 2,5 juta hektar lahan.

Peneliti lainnya Guru Besar Ilmu Lingkungan Imperial College London Nick Voulvoulis menghitung jika orang merokok 20 batang sehari selama 50 tahun, dampaknya seperti mengonsumsi 1,4 juta liter air, 3.200 meter persegi tanah, menghasilkan 5,1 ton CO2.

Bagaimana seharusnya tanggungjawab sosial industri rokok? Jalal mencontohkan San Fransisco punya perhitungan 2022, setiap  satu bungkus rokok dikenakan cukai tambahan sekitar buat Rp15.500 lebih dari 1 dolar hanya  untuk mengurus sampah.   Sementara cukai di Indonesia tidak memperhitungkan hal itu. 

Cukai rokok di Indonesia tidak sebanding kerugian akibat rokok. Ketika konsumen rokok menghasilkan cukai Rp139,5 triliun, maka kerugian yang dialami dari segi biaya kesehatan  hampir Rp600 triliun  menurut Balitbang Kementerian Kesehatan pada 2015. Penyakit terkait rokok berkontribusi menyebabkan defisit  keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

"Kerugian ini ditambah kerugian lingkungan Harusnya industri rokok  menanggung semua itu," pungkas Jalal.

Riset: Puntung Rokok Polusi Plastik Beracun

Riset dari The Conversation dari mengungkapkan   keberhasilan" bisnis rokok di negeri ini terlihat dari meningkatnya persentase jumlah perokok di kalangan anak-anak dan remaja.

Indikasinya, antara 1995 sampai 2013, perokok berusia 10-14 tahun meningkat dari 0,5% menjadi 4,8% dan perokok berusia 15-19 tahun meningkat dari 13,7% menjadi 37,3%. Prevalensi perokok aktif di perdesaan berjumlah dua kali di perkotaan. 

Ocean Care menyebutkan puntung rokok adalah salah satu bentuk polusi plastik beracun yang terus-menerus. Sampah ini tersebar di lingkungan, mereka tidak terurai. 

Sebaliknya, mereka perlahan-lahan membocorkan campuran kimiawi dari zat-zat yang sangat beracun dan karsinogenik ke dalam tanah, saluran air, danau, dan lautan.

Begitu berada di lingkungan, puntung rokok mengeluarkan banyak bahan kimia, setidaknya 250 di antaranya diketahui berbahaya dan 69 bersifat karsinogenik. Ketika disimpan di darat, mereka perlahan-lahan terdegradasi di dalam tanah.

Setiap filter rokok yang dihisap mengandung 15.000 helai serat mikroplastik. Oleh karena itu, puntung rokok merupakan sumber utama pencemaran plastik.

LSM The Ocean Conservancy, menyaakan dalam 25 tahun terakhir relawan International Coastal Cleanup (ICC) berhasil mengumpulkan sekitar 53 juta puntung rokok.

Konsumsi rokok mengakibatkan sekitar 4,5 triliun puntung rokok dibuang setiap tahun di seluruh dunia. Ini setara dengan 766 juta ton sampah beracun setiap tahun, dan dua juta ton limbah padat dari kardus dan kemasan rokok.

Ada kesalahpahaman besar bahwa puntung rokok akan terurai tanpa membahayakan lingkungan. Filter rokok pada dasarnya adalah jaring plastik kecil yang menyerap bahan kimia beracun dari tembakau.

Ketika puntung rokok tertinggal di lingkungan, sinar matahari, hujan, dan angin pada akhirnya akan memecah filter plastik menjadi mikroplastik kecil, melepaskan bahan kimia beracun yang sama ke pantai dan saluran air kita.

Bahan kimia beracun ini, termasuk nikotin, logam berat, dan bahkan karsinogen, mencemari kualitas tanah, tanaman, dan air. Lebih buruk lagi, mikroplastik sering kali dikonsumsi oleh satwa liar, sehingga menghambat sistem pencernaan dan menyebabkan kekurangan gizi atau bahkan kelaparan.

Irvan Sjafari

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun