Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Puntung Rokok, Jahanam Kecil Penebar Racun di Lingkungan

28 Februari 2024   10:51 Diperbarui: 28 Februari 2024   11:03 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebaliknya, mereka perlahan-lahan membocorkan campuran kimiawi dari zat-zat yang sangat beracun dan karsinogenik ke dalam tanah, saluran air, danau, dan lautan.

Begitu berada di lingkungan, puntung rokok mengeluarkan banyak bahan kimia, setidaknya 250 di antaranya diketahui berbahaya dan 69 bersifat karsinogenik. Ketika disimpan di darat, mereka perlahan-lahan terdegradasi di dalam tanah.

Setiap filter rokok yang dihisap mengandung 15.000 helai serat mikroplastik. Oleh karena itu, puntung rokok merupakan sumber utama pencemaran plastik.

LSM The Ocean Conservancy, menyaakan dalam 25 tahun terakhir relawan International Coastal Cleanup (ICC) berhasil mengumpulkan sekitar 53 juta puntung rokok.

Konsumsi rokok mengakibatkan sekitar 4,5 triliun puntung rokok dibuang setiap tahun di seluruh dunia. Ini setara dengan 766 juta ton sampah beracun setiap tahun, dan dua juta ton limbah padat dari kardus dan kemasan rokok.

Ada kesalahpahaman besar bahwa puntung rokok akan terurai tanpa membahayakan lingkungan. Filter rokok pada dasarnya adalah jaring plastik kecil yang menyerap bahan kimia beracun dari tembakau.

Ketika puntung rokok tertinggal di lingkungan, sinar matahari, hujan, dan angin pada akhirnya akan memecah filter plastik menjadi mikroplastik kecil, melepaskan bahan kimia beracun yang sama ke pantai dan saluran air kita.

Bahan kimia beracun ini, termasuk nikotin, logam berat, dan bahkan karsinogen, mencemari kualitas tanah, tanaman, dan air. Lebih buruk lagi, mikroplastik sering kali dikonsumsi oleh satwa liar, sehingga menghambat sistem pencernaan dan menyebabkan kekurangan gizi atau bahkan kelaparan.

Irvan Sjafari

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun