"Misalnya, dalam 2 tahun terakhir, banyak distrik sekolah dalam penelitian kami yang terkena bencana iklim selama lebih dari 20 hari," ungkapnya.
Responden melaporkan adanya tekanan kesehatan mental dengan merespons positif perasaan sedih atau putus asa yang terus-menerus dan durasi tidur yang singkat.
Para peneliti mengontrol faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhi kesehatan mental, seperti usia, ras, jenis kelamin, pengalaman penindasan, kekhawatiran tentang keamanan sekolah, dan pendapatan rumah tangga.
Hubungan positif, namun tidak signifikan secara statistik, antara pengalaman bencana iklim dan tekanan mental juga ditemukan sepuluh tahun sebelum Amerika Serikat terbentuk. Survei Risiko Kaum Muda.
Asisten profesor di Dornsife School of Kesehatan masyarakat  Josiah Kephart menemukan dampak terkuat terhadap tekanan mental dalam 2 tahun segera setelah bencana iklim.  "Efeknya secara bertahap melemah 5 hingga 10 tahun setelah bencana," kata Kephart.
Karena hasil yang diperoleh tidak dapat membuktikan hubungan sebab-akibat, para penulis mengatakan mereka ingin melihat lebih banyak penelitian mengenai dampak perubahan iklim terhadap generasi muda.
Metode yang kini mereka lakukan  untuk meningkatkan persiapan menghadapi potensi memburuknya kesehatan mental di antara populasi ini.
Menurut Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan AS saat ini, sekitar setengah remaja pernah mengalami gangguan kesehatan mental di masa kanak-kanak atau remajanya.
Sumber Daya Penanggulangan TerbatasÂ
Direktur Pusat Kesiapan dan Komunikasi Kesehatan Masyarakat di Dornsife School of Public Kesehatan  Esther Chernak rekan menulis mengakui  sumber daya untuk krisis kesehatan mental remaja sudah mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan dan permintaan akan meningkat seiring dengan meningkatnya bencana.
Studi saat ini, katanya  adalah bukti yang dapat dijadikan acuan oleh para dokter, pengambil kebijakan, orang tua, dan banyak pihak yang memiliki kepentingan dalam kesehatan mental remaja.