Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Virus ASF Bunuh Ribuan Babi di Papua Tengah, Jadi Isu Global?

19 Februari 2024   00:07 Diperbarui: 19 Februari 2024   00:14 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi peternakan babi-Foto: FAO  https://virtual-learning-center.fao.org/

Dampaknya sangat signifikan di Kalimantan, di Asia Tenggara, dimana jumlah babi berjanggut telah menurun antara 90% dan 100% sejak babi tersebut tiba di pulau tersebut pada tahun 2021, kata para peneliti dari lembaga itu.

Babi-babi ini pernah menjadi spesies mamalia besar yang paling umum di pulau tersebut, dan memainkan peran penting sebagai insinyur ekosistem, menyebarkan benih dalam jarak yang jauh, menurut sebuah surat yang diterbitkan dalam jurnal Science.

 "Babi-babi ini telah menghilang," kata Prof Erik Meijaard, penulis utama surat tersebut dan mantan ketua Kelompok Spesialis Babi Liar IUCN seperti dikutip The Guardian 19 Januari 2024. 

Meijaard telah berkeliling menemui semua orang yang melakukan kamera jebakan di Kalimantan, dan secara konsisten kami melihat babi menghilang. Mereka sudah bertahun-tahun tidak melihat babi di kamera jebakan.

Ia juga memantau tujuh program pelacakan kamera di Malaysia, Indonesia, dan Brunei, yang tidak berlokasi di Pulau Kalimantan, dan menemukan bahwa populasi babi di sana anjlok pada 2019 dan 2020.

Meijaard mengatakan spesies babi berjanggut mungkin perlu dimasukkan kembali ke dalam daftar rentan hingga kritis akibat ASF.

Tidak ada bukti bahwa populasi babi hutan akan pulih sepenuhnya di Kalimantan atau pulau-pulau Asia Tenggara lainnya seperti Jawa dan Sumatra di Indonesia, Timor-Leste dan Filipina.

James Wood, ahli epidemiologi dari Universitas Cambridge mengungkapkan babi hutan adalah vektor penyakit, dan oleh karena itu merupakan ancaman bagi industri babi dalam negeri.

Spesies babi hutan, yang di Kalimantan dan pulau-pulau lain di Asia Tenggara dirusak oleh virus ASF, yang telah menyebar luas. di seluruh dunia melalui pergerakan babi dan produk babi yang dimediasi manusia.

Di Eropa serangan ASF pada pertenakan babi sangat cepat dengan jarak jauh.  Misalnya pada 2023, wabah ditemukan di 2 peternakan pada tanggal 23 Juni di timur laut Kroasia. Mungkin bukan suatu kebetulan bahwa hal ini terjadi tidak lama setelah kemunculannya di Bosnia-Herzegovina. 

Kroasia adalah negara ke 23 di Eropa yang melaporkan virus ASF di wilayahnya sejak genotipe II memasuki Eropa pada 2007 di pegunungan Kaukasia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun