Pembangunan berbahaya seperti ini di perbukitan terjal di sekitar Freetown bisa berakibat fatal. Pada 2017, sebagian gunung tersebut runtuh, menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas atau hilang akibat tanah longsor.
Meskipun terdapat risiko, kelompok masyarakat kaya dan mempunyai banyak koneksi terus menempati posisi mereka di kawasan perbukitan. Hal ini menimbulkan pembangunan yang tidak terkendali sehingga membahayakan pasokan air penting bagi kota.
Direktur Namati di Sierra Leone Sonkita Conteh mengungkapkan orang-orang kaya ini  mendapatkan pijakan melalui suap atau pejabat yang lemah.
"Begitu sebuah rumah besar terbuat dari batu bata muncul, gubuk-gubuk dan pemukiman pun menyusul," katanya.
Taman seperti Hutan Wilayah Barat memiliki zona penyangga, untuk membatasi zona lindung dari pemukiman. Namun Conteh mengatakan hal tersebut terus berubah - seringkali karena kesepakatan yang korup atau tidak jelas.
Ia mengatakan hak adat atas tanah di daerah pedesaan, yang memberikan kekuasaan kepada kepala daerah untuk melakukan transaksi tanah, juga menyebabkan merajalelanya perampasan tanah.
Bagi ibu kota Sierra Leone, pertaruhannya cukup besar. Di tengah pegunungan Hutan Wilayah Barat, terdapat lembah hijau yang mengalir ke waduk Bendungan Guma. Ini adalah sumber air utama bagi sekitar dua juta penduduk kota yang luas ini. Dan hutan merupakan jangkar yang memasok.
Mudah-mudahan apa yang terjadi di Afrika ini belum terjadi di Indonesia. Setidaknya jangan separah yang terjadi  Afrika. Mudah-mudahan pejabat di Indonesia tidak bisa disuap untukmemberi izin yang bisa merusak hutan.Â
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H