Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Deforestasi Afrika, Cerita Ekspansi Sawit dan Suap Pemukiman Komersial

17 Februari 2024   16:51 Diperbarui: 17 Februari 2024   16:56 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi deforestasi Afrika-Foto: Earth

Memang benar, pohon-pohon ditebang tidak hanya untuk membangun permukiman baru tetapi juga untuk mengambil bahan mentah yang dibutuhkan untuk membangun rumah dan infrastruktur.

Deforestasi di Afrika bukan saja memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim global tetapi juga ekosistem, dan keanekaragaman hayati benua tersebut.

Keanekaragaman hayati juga sangat terancam oleh praktik ini dan hewan adalah salah satu korban terbesar karena hilangnya habitat dan kekurangan makanan.

Di antara hewan-hewan yang terancam akibat penggundulan hutan di Afrika adalah gajah kerdil, yang saat ini hanya tersisa sekitar 30.000 individu di dunia.

Begitu juga dengan simpanse di Afrika Barat, yang jumlah populasinya menurun lebih dari 80% selama tiga generasi dan kini menghadapi risiko kepunahan yang sangat tinggi.

Earth mencatat  gorila gunung, hanya tersisa 1.000 ekor di lereng gunung berapi hijau di Rwanda, Uganda, dan Kongo.  Sementara singa Afrika Barat, dengan populasi sedikit di atas 400 ekor.

Kasus Sierra Leone 

Salah satu negara Afrika yang kehilangan hutan tragis adalah Sierra Leone, bahkan di Taman Nasional Tacugama. Analisis satelit rutin yang didanai oleh Program Pangan Dunia menunjukkan bahwa taman nasional ini telah kehilangan seperempat hutannya sejak 2016.

Penebangan kanopi juga terjadi di Sierra Leone dan sebagian besar Afrika Barat. Analisis terbaru mengenai kerugian jangka panjang menunjukkan bahwa lebih dari 80% hutan di kawasan ini telah lenyap.

Sekali hilang, mustahil untuk kembali, Ini adalah krisis ekologi yang dipicu oleh eksploitasi pada masa kolonial dan perusakan yang terus berlanjut pasca kemerdekaan.

Seorang relawan bernama Amarasekaran mengatakan pada CNN 2 Februari 2024  dua tahun yang  lalu, tidak ada satu pun bangunan atau tempat penampungan sementara.  Namun kini pembangunan merebak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun