Selama dua dekade terakhir, Afrika telah mengalami penurunan luas hutan dan tutupan pohon secara drastis. Perkembangan penggunaan lahan setelah deforestasi mempunyai dampak signifikan terhadap biomassa hutan, keanekaragaman hayati, dan siklus air.
Perubahan-perubahan ini  seperti dikutip dai situs GFZ 15 Februari 2024 dapat bervariasi tergantung pada lokasi, intensitas dan luasan spasial hilangnya hutan. Â
Tim peneliti mengatakan memahami cakupan ruang-waktu dan motif deforestasi di Afrika sangat penting agar bisa mengerti  dan memitigasi kontribusinya terhadap emisi gas rumah kaca dan dampak negatifnya terhadap ekosistem hutan.
 Rumah 43 Miliar Pohon
Pada 2022 Situs Earth sudah mengingatkan 26% lahan di Afrika diklasifikasikan sebagai hutan dan benua ini merupakan rumah bagi hampir 43 miliar pohon. Sebagian besar pohon-pohon ini ditemukan di Afrika Selatan, Etiopia, dan Nigeria.Â
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), hampir 4 juta hektar hutan di Afrika ditebang setiap tahunnya, hampir dua kali lipat kecepatan rata-rata deforestasi dunia.
Afrika adalah salah satu benua yang paling beragam dalam penggunaan lahan, dengan wilayah yang terbagi antara lahan pertanian, hutan, padang rumput, lahan basah, dan pemukiman manusia.
Padang rumput dan hutan mencakup lebih dari 50% wilayah benua ini, sementara wilayah gurun, tandus, dan tidak produktif -- yang diklasifikasikan sebagai 'lahan lain' -- mewakili 32,4% dari total wilayah daratan.
Afrika adalah benua terbesar ketiga di dunia dalam hal kawasan hutan global, yang sebagian besar terkonsentrasi di negara-negara tengah dan selatan yang beriklim tropis seperti Zambia, Angola, Tanzania, dan Republik Demokratik Kongo (DRC).
Kongo memiliki hutan hujan terbesar kedua di dunia: dengan luas lima kali lipat luas Perancis dan hampir 152 juta hektar hutan, Cekungan Kongo telah diubah namanya menjadi 'paru-paru planet'.
Sekira 66 Persen Lahan Kering