Buruh diasosiasikan sebagai kelompok yang sering membuat macet jalan, buat keributan dan sebagainya. Buruh disebut sebagai pihak yang tidak tahu diri, karena banyak menuntut kenaikan upah yang dinilai akan mengancam masa depan ekonomi (investasi) Indonesia.
Padahal, perlu diakui bahwa banyak hasil perjuangan buruh yang diperoleh dan dirasakan langsung sekarang oleh pihak-pihak yang mengaku sebagai karyawan/pegawai delapan jam kerja, tunjangan hari raya (THR), jaminan sosial, cuti hamil dan sebagainya. Semuanya bisa didapat bukan karena kebaikan korporasi, tapi melalui perjuangan yang berdarah-darah.
Seharusnya Partai Buruh bisa jadi partai alternatif dan harus ada  ada di parlemen. Partai Buruh bisa meniru PKS membangun basis dari masjid ke masjid dengan membangun basis dari serikat buruh ke serikat buruh, semacam cluster-cluster.
Partai Buruh walaupun gagal pada Pemilu 2024, tetapi masih jelas apa maunya, dibanding partai-partai yang didirikan orang-orang yang sakit hati. Partai-partai yang kehadirannya bagi saya hanya bikin banyak suara terbuang, dapat di bawah 1%.
Partai lain yang seharusnya ada di parlemen Indonesia ialah Partai Hijau. Â Sebenarnya sudah ada Partai Hijau Indonesia, tetapi dalam sebuah diskusi yang saya hadiri beberapa waktu lalu para personelnya memilih tidak ikut bertarung pada 2024. Â
Strategi yang cerdas untuk tidak buru-buru dan grasak-grusuk tanpa pembenahan basis konstituen.  Selama ini basis partai ini hanya NGO dan sejumlah aktivis lingkungan.  Ini yang nggak dilakukan partai baru.Â
Partai Hijau Indonesia bisa membangun basis di kalangan milenial seperti rekan-rekan mereka Eropa yang sadar bahwa mereka yang menanggung akibatnya kalau kerusakan lingkungan hidup dibiarkan masif.Â
Pemilu 2029 adalah saat yang tepat bagi partai ini untuk terjun ke pemilu dan harusnya ada di parlemen. Bagi saya mereka cukup meraih 5% suara, tetapi bisa jadi pressure grup di parlemen. Â Di Jerman Partai Hijau mampu meraih 14% suara dan punya kursi signifikan.
Bagaimana dengan Partai  Berbasis Minoritas?
Bagaimana dengan Partai Katolik atau Partai Kristen Indonesia (Parkindo) yang dulu pernah ada pada 1950-an untuk memperjuangkan minoritas? Â Sudah pernah dicoba buat Partai Damai Sejahtera pada 1999 lumayan dapat 5 kursi. Â Tetapi setelah itu tidak terdengar.
Ini sama dengan pertanyaan saya pada  teman-teman saya warga negara Prancis kan di negerinya jumlah muslim cukup banyak, mengapa nggak membuat partai Islam di sana? Mereka jawab untuk apa? Muslim di sana lebih baik memilih partai sosialis yang memperjuangkan ekonomi masyarakat bawah, lebih signifikan.Â