Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Belantara Gandeng Gapoktanhut Wono Lestari Restorasi Lahan Gambut Jambi

2 Februari 2024   10:15 Diperbarui: 2 Februari 2024   10:34 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Belantara dn Gapoktanhut Wono Lestari di lokasi Lahan Gambut-Foto: Dokumentasi Belantara 

Kebakaran lahan dan hutan pada musim kemarau di Provinsi Jambi pada 2015 menimbulkan kerusakan lahan hebat yang luasnya mencapai 19.528 hektar menurut data Badan Penaggulangan Bencana di provinsi tersebut.

Dari jumlah itu 1.459 hektar di antaranya adalah lahan gambut yang tersebar di Kabupaten Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat.

Penelitian yang dilakukan Basuki Wasis dan kawan-kawan dari IPB University Bogor pada 2015  menunjukkan dampak hilangnya lahan gambut menyebabkan kerusakan tanah dan lingkungan.

Kebakaran  hutan menyebabkan  ketidakmampuan gambut dalam menyimpan air dengan volume penyimpanan air yang hilang  berkisar antara 3.425  hingga 8567 cm.

Lahan gambut yang terbakar di telah  menyebabkan  berkurangnya  jenis  dan kelimpahan  vegetasi  dan  kematian  flora  dan fauna tanah sebesar 100 % jika dibandingkan dengan kondisi di areal yanng tidak terganggu (hutan lindung).

Selain itu Keberadaan lahan gambut punya peran penting  secara global untuk mereduksi dampak perubahan iklim dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Restorasi lahan gambut di daerah ini membantu menuju masyarakat rendah karbon dan menurunkan suhu lingkungan di daerah sekitar, serta memberikan solusi berbasis alam.

Solusi itu berbasis alam ini antara lain mengatur sistem hidrologi tanah, memasok makanan, serat dan produk lokal lainnya. Pulihnya lahan gambut  dapat menopang perekonomian, perlindungan dari panas yang ekstrem, meminimalkan risiko banjir dan kekeringan serta mencegah intrusi air laut.

Belantara Foundation mengandeng Gabungan Kelompok Tani Hutan (Gapoktanhut) Wono Lestari dan pemangku kepentingan setempat  terpanggil untuk ikut berkontribusi melakukan restorasi lahan gambut melalui agroforestri.

Program ini berada di wilayah perhutanan sosial yaitu HKm seluas 93 ha di Desa Jati Mulyo, Kecamatan Dendang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.

Wilayah ini juga berdampingan dan berdekatan dengan Hutan Lindung Gambut Londrang yang merupakan bagian dari salah satu kawasan hidrologi gambut penting di Provinsi Jambi.

Pada  2018, Gapoktanhut Wono Lestari  telah memperoleh izin pengelolaan HKm selama 30 tahun dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI di wilayah tersebut.

HKm adalah hutan negara yang dikelola masyarakat dengan skema perhutanan sosial, yang pemanfaatannya ditujukan untuk pemberdayaan dan penguatan masyarakat lokal.

Mereka mendapat hak menggunakan lahan secara lestari dan berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan fungsi hutan dan lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Skema Perhutanan Sosial

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna menyampaikan skema perhutanan sosial, masyarakat lokal di Indonesia  berkontribusi dalam memulihkan kawasan hutan.

Skema ini menawarkan kondisi yang memungkinkan untuk restorasi lahan gambut jangka panjang, tidak hanya selaras dengan agenda global dalam mitigasi perubahan iklim tetapi juga mampu mendorong peningkatan sosial ekonomi masyarakat lokal secara berkelanjutan

Salah satu metode yang dapat mendukung pemulihan lahan gambut terdegradasi berbasis masyarakat adalah dengan menanam pohon menggunakan jenis tanaman yang banyak manfaatnya.

"Spesies-spesies tanaman multi manfaat menyediakan banyak manfaat pada lahan yang terbatas, antara lain sebagai sumber pangan, membantu dalam mengatur hidrologi, meningkatkan biomassa, memperbaiki kualitas tanah dan meningkatkan produktivitas lahan terdegradasi" kata Dolly dalam keterangan tertulisnya pada 1 Februari 2024.

Perencanaan restorasi-Foot: Dokumentasi Belantara Foundation.
Perencanaan restorasi-Foot: Dokumentasi Belantara Foundation.

Implementasi program ini meliputi penyiapan dan penguatan kapasitas kelompok masyarakat, lahan siap tanam.

Kelompok masyarakat melakukan  penanaman dan perawatan bibit tanaman multi manfaat sebanyak lebih kurang 16.712 bibit pada lahan seluas 30 hektar, pembangunan kebun bibit dan pondok kerja, serta dukungan monitoring dan evaluasi program.

Sejauh ini, bibit tanaman multi manfaat yang telah ditanam antara lain pinang (Areca catechu), nangka (Artocarpus heterophyllus), jengkol (Archidendron pauciflorum) dan kopi liberika (Coffea liberica).

"Ini adalah salah satu bentuk win-win solution, dimana masyarakat mendapatkan manfaat sosial-ekonomi sekaligus memperbaiki lahan gambut yang terdegradasi. Keterlibatan masyarakat sebagai aktor," ucap Dolly,

Ketua Gapoktanhut Wono Lestari, Riyanto mengatakan bahwa program agroforestri yang dilakukan bersama Belantara Foundation ini membantu masyarakat.

Berkat dukungan ini, masyarakat dapat dalam mengelola dan memanfaatkan lahan gambut yang terdegradasi secara lestari dan berkelanjutan untuk pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

"Kami sangat berterima kasih kepada Belantara Foundation dan pihak-pihak lain yang konsisten memberikan pendampingan dan dukungan hingga saat ini. Semoga program ini dapat memberikan manfaat dan berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat di desa kami" ujar Riyanto.

Kegiatan ini juga terkait dengan peringatan Hari Lahan Basah Sedunia atau World Wetlands Day diperingati pada 2 Februari setiap tahunnya.

Latar belakangnya adalah Konvensi Ramsar, Iran atau perjanjian internasional tentang perlindungan dan pelestarian lahan basah di seluruh dunia pada 2 Februari 1971.

Perjanjian ini disepakati dan ditandatangani pada tanggal 2 Februari 1971 di Kota Ramsar, Iran. Sejauh ini, terdapat 172 negara di seluruh dunia yang menjadi anggota Konvensi Ramsar.

Irvan Sjafari

Sumber Lain:  Tribunne News , Researchgate 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun