Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bukankah Makan Tanpa Sisa Cara Sederhana untuk Masa Depan Berkelanjutan?

23 Januari 2024   23:35 Diperbarui: 23 Januari 2024   23:53 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu Banyak Food Bank

Bagaimana kalau makanan yang berlebih dan masih layak makan itu didonasikan? Gagasan inilah yang menggerakan lembaga Food Bank di Bandung dan Garda Pangan di Surabaya.

Pendiri Garda Pangan Dedhy Bharoto Trunoyudho, seorang pengusaha katering seperti halnya saya terinspirasi melihat sisa makanan di piring yang bikin geleng-geleng kepala. Dia pun terinspirasi dari Food Bank di Amerika.

Garda Pangan menggandeng  industri hospitality seperti hotel, restoran, katering dan bakeri untuk mengelola makanan berlebih mereka, yang masih layak.

"Persoalannya potensi makanan yang terbuang itu ada di sektor individu. Kalau sektor individu ini sulit diakomodir oleh food bank, karena jumlahnya banyak, dan susah mencari, dan menjangkau lokasinya," ujar Dedhy kepada Koridor.   

Pendiri Food Bank Bandung Gendis Ayu Satiti Irawan  menyatakan hal senada. Terlepas ada pihak yang mau berdonasi, namun  belum adanya kebijakan yang mendukung donasi makanan berlebih ke Bank Makanan (Food Bank) di Indonesia.

"Di negara-negara lain sudah ada kebijakannya dari bertahun-tahun lalu. Akibatnya industri makanan dan minuman, toko-toko roti, dan hotel masih enggan memberikan donasinya," ujar Gendis kepada Koridor. 

Persoalan lain, menurut Gendis ialah kalau seperti roti atau bolu itu bisa tahan agak lama 2-3 hari di suhu ruangan. Jadi lebih mudah untuk 'diselamatkan'.  Lain halnya untuk makanan siap saji seperti nasi/lauk pauk, idealnya harus dikonsumsi pada hari itu juga.

Apa yang diungkapkan Gendis itu memang realitas. Apa iya, pengusaha restoran mau repot memberikan makanan yang masih layak, lauk plus nasi berlebih ketika hendak tutup, paling tidak ke lingkungan sekitarnya? 

Bu Atun, tukan nasi uduk yang buka hanya di akhir pekan dekat rumah saya di kawasan Cinere, Depok, Jawa Barat melakukan hal itu. Ketika masih ada nasi uduk berlebih, ayam goreng berlebih, dengan bihun atau orek atau telur, maka dia buat nasi bungkus. Jumlahnya belasan. 

Nah, nasi bungkus itu dia bagikan kepada tukang parkir di pelataran parkir kompleks, satpam, pengamen, pemulung atau siapa saja yang lewat yang butuh makan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun