"Lautan adalah kunci untuk memberi tahu kita apa yang terjadi di dunia dan data tersebut memberikan gambaran menarik tentang pemanasan tahun demi tahun," kata Prof John Abraham, dari Universitas St Thomas di Minnesota, bagian dari tim yang meneliti hal tersebut. menghasilkan data baru.
Konservasi Energi
Abraham menyatakan kita sudah menghadapi konsekuensinya dan akan menjadi lebih buruk jika kita tidak mengambil Tindakan. Â Kita bisa mengatasi masalah ini sekarang dengan konservasi angin, matahari, air dan energi.
Ketika orang-orang menyadarinya, hal ini sangat memberdayakan. Kita dapat mewujudkan ekonomi energi baru di masa depan, sekaligus menghemat uang dan lingkungan. Suhu yang luar biasa pada  2023 menimbulkan pertanyaan apakah pemanasan global semakin cepat.
"Kami sedang mengamati hal ini, namun saat ini, kami tidak mendeteksi adanya percepatan yang signifikan secara statistik. Saat ini, pada dasarnya terjadi peningkatan linier dari sekitar 1995," ucapnya seperti dikutip dari The Guardian.Â
Abraham mengatakan bahwa pembakaran batu bara, minyak dan gas harus segera diakhiri. Â Jika kita tidak mengurangi arah perubahan iklim, maka kita akan mengalami lebih banyak cuaca ekstrem, lebih banyak gangguan iklim.
Imbasnya  lebih banyak pengungsi akibat perubahan iklim hingga hilangnya produktivitas pertanian. Kita akan menanggung kerugian materi dan nyawa akibat masalah yang sebenarnya bisa kita hindari.
"Yang menyedihkan mereka yang paling tidak bertanggung jawab akan menjadi pihak yang paling menderita, dan ini merupakan ketidakadilan yang luar biasa," imbuh dia.
Laporan terpisah, yang diterbitkan oleh konsorsium Global Water Monitor (GWM), menemukan bahwa beberapa bencana terburuk pada 2023 disebabkan oleh topan yang sangat kuat yang membawa curah hujan ekstrem ke Mozambik dan Malawi, Myanmar, Yunani, Libya, Selandia Baru, dan Australia.
Prof Albert Van Dijk dari GWM mengatakan pihaknya melihat siklon berperilaku tidak terduga dan mematikan. Topan dengan umur terlama yang pernah tercatat melanda Afrika tenggara selama berminggu-minggu.
"Suhu laut yang lebih hangat memicu perilaku aneh tersebut, dan kita mungkin akan melihat lebih banyak peristiwa ekstrem seperti ini di masa mendatang," ucap Van Dijk.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya