Pada Awal Januari 2024, tim peneliti dari Universitas Pennsylvania menyampaikan penggunaan herbisida, berkurang program konservasi lahan yang mendukung penyerbukan,  hingga anomali cuaca tahunan berdampak  pada penurunan panen madu di Amerika Serikat mengalami penurunan sejak 1990-an.
Mereka menggunakan database  sumber terbuka termasuk yang dioperasikan oleh Layanan Statistik Pertanian Nasional Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) dan Badan Layanan Pertanian USDA.
Data itu mencakup informasi seperti rata-rata hasil madu per koloni lebah madu, penggunaan lahan, penggunaan herbisida. Â Iklim, anomali cuaca dan produktivitas tanah di Amerika Serikat.
Para peneliti menemukan bahwa kondisi iklim dan produktivitas tanah  merupakan beberapa faktor terpenting dalam memperkirakan hasil madu.
Negara-negara bagian di daerah hangat dan dingin menghasilkan hasil madu yang lebih tinggi bila mereka memiliki tanah yang produktif.
Kondisi tanah dan iklim eco-regional menentukan tingkat produksi madu. Â Sementara perubahan penggunaan lahan, penggunaan herbisida dan cuaca memengaruhi jumlah produksi madu pada tahun tertentu, demikian kesimpulan para peneliti.
Gabriela Quinlan, penulis utama studi ini dan peneliti pascadoktoral National Science Foundation (NSF) di Departemen Entomologi dan Pusat Penelitian Penyerbuk Universitas Pennsylvania mengatakan  perubahan iklim menjadi semakin terkait dengan hasil madu dalam data setelah tahun 1992.
"Tidak jelas bagaimana perubahan iklim akan terus mempengaruhi produksi madu, namun temuan kami dapat membantu memprediksi perubahan ini," kata Quinlan seperti dikutip dari Situs Universitas PennsylvaniaÂ
Quinlan mencontohkan sumber daya penyerbuk mungkin menurun di Great Plains seiring dengan menghangatnya iklim dan menjadi lebih moderat.
"Sementara sumber daya mungkin meningkat di Atlantik tengah karena kondisi menjadi lebih panas," Â uimbuhnya.
Bagi Quinlan, salah satu temuan paling menarik adalah pentingnya produktivitas tanah.