Kesimpulan para ahli, kegiatan para ahli mengalami puncak pada akhir masa prasejarah di Nusantara atau yang dikenal dengan era Paleometalik.
Kalau kita simak hasil pertanggalan berbagai situs yang berkaitan dengan kegiatan pemujaan arwah leluhur tersebut di Nusantara yang dilakukan oleh almarhum Prof Dr. Bagyo Prasetyo (2018).
"Kita tidak akan menjumpai angka pertanggalan situs di atas ribuan tahun, paling tua hanya sekitar 4 abad sebelum Masehi. Sementara pertanggalan budaya situs Gunung Padang sendiri hanya dalam kisaran 114 tahun -45 tahun Sebelum Masehi atau paling tua sekitar 2 abad Sebelum Masehi," ujar Lutfi dalam keterangan tertulisnya.
Menurut Lutfi, Gunung Padang pertama kali dicatat oleh DR. R.D.M Verbeek pada 1891, bukan pada 1896.
Verbeek mendeskripsikan situs Gunung Padang terdiri dari empat teras,
Dia menyebutkan bahwa setahun sebelumnya situs Gunung Padang pernah dikunjungi oleh Corte (1890).
Kuat dugaan kedatangan Verbeek dan Corte ke Gunung Padang pada saat pembangunan jalur kereta api dan terowongan Lampegan.
Terowongan Lampegan sendiri merupakan terowongan jalur kereta api pertama di Indonesia yang dibangun selama 3 tahun dari 1879 sampai 1892.
Setelah pencatatan oleh Verbeek, situs Gunung Padang kembali dicatat oleh N.J Krom pada 1914.
Seetelah itu tidak ada catatan lagi.
Situs Gunung Padang Kembali muncul di ranah penelitian arkeologi pada  1979 setelah Endi, Soma dan Abidin melaporkan ke pihak pemerintah tentang penemuan mereka.