Pernyataan tersebut  ini menimbulkan reaksi keras dari banyak arkeolog.
Para pengkritik berpendapat bahwa pemukiman di sana mungkin baru dibangun sekitar 6.000 hingga 7.000 tahun yang lalu.
Arkeolog dari Universitas Cardiff Flint Dibble mengakui terkejut pada isi makalah itu.
"Data yang disajikan dalam makalah ini tidak memberikan dukungan terhadap kesimpulannya,  yang ingin mengatakan pemukiman tersebut sudah sangat tua. Namun hal itulah yang menjadi berita utama," kata Flint  seperti dikutip dari The GuardianÂ
Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah di BRIN Lutfi Yondri menyampaikan berdasarkan data temuan arkeologi yang ada dari Sabang sampai ke Merauke pada era 7.200 -16.000 tahun yang lalu kehidupan manusia dan budayanya masih dalam tataran kehidupan berburu.
Manusia di nusantara mengumpulkan makanan atau masih dalam taraf kehidupan Mesolitik.
Mereka  tinggal di gua-gua alam dengan kepandaian berburu dan membuat peralatan dari batu (kapak batu, alat serpih bilah), tulang binatang (lancipan, spatula), dan kerang (moluska) yang kadang digunakan sebagai perkakas dan perhiasan).
Tidak ada satupun bukti budaya pada rentang era ini yang masyarakatnya sudah mebangun konstruksi dari batu apalagi piramida.
Menurut arkeolog alumni Universitas Indonesia ini pengetahuan membangun struktur batu seperti mendirikan menhir, menyusun batu menjadi altar (dolmen) dan punden berundak, baru terjadi setelah terjadi revolusi neolitik.
Pada masa itu terjadi perubahan dari hidup di dalam gua kemudian berubah hidup di alam terbuka membentuk perkampungan kecil semacama pedukuhan yang menempati area lereng bukit dan pegunungan.
Pada era inilah mulai muncul konsep kepercayaan dalam kaitan antara masyarakat yang hidup dengan orang yang mati yang kemudian melahirkan upacara pengagungan arwah leluhur.