Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bukankah Anak-anak yang Paling Terdampak Terhadap Perubahan Iklim?

29 Desember 2023   23:54 Diperbarui: 30 Desember 2023   00:14 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampak Perubahan Iklim pada anak-anak | barbadostoday.bb

Salah satu keputusan penting dari Konferensi Perubahan Iklim PBB, COP28 di Dubai pada 30 November hingga 13 Desember 2023 ialah kesepakatan untuk berdialog pada 2024 untuk membahas dampak perubahan iklim pada anak-anak.

Dialog itu juga direncanakan membuat solusi kebijakan yang tepat untuk melindungi anak-anak terhadap dampak dari perubahan iklim.

UNICEF, lembaga PBB untuk perlindungan anak-anak mengungkapkan  sekira satu miliar anak-- hampir setengah dari populasi anak di dunia tinggal di negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim.

Sepertiga populasi anak di dunia terkena dampak krisis iklim dan kemiskinan.

Cuaca ekstrem  berimbas  pada sekitar 43 juta anak mengungsi dalam enam tahun terakhir.

Jumlah ini setara dengan 20.000 anak setiap hari terpaksa meninggalkan rumah dan sekolah mereka.

Sayangnya menurut CEO Save the Children Inger Ashing  kurang dari 3 persen dana utama iklim global telah dibelanjakan untuk mendukung anak-anak sejak 2006.

"Sangat penting untuk memastikan bahwa krisis iklim diakui dan ditangani sebagai krisis hak-hak anak,"  ujar Ashing mengatakan kepada Euronews Green. 

Ashing berada di Pakistan pada Agustus, satu tahun setelah banjir dahsyat yang menyebabkan sepertiga wilayah negara itu terendam air,

Dalam bencana itu lebih dari 1.700 orang tewas dan 8 juta orang mengungsi akibat cuaca ekstrem.

"Anak-anak masih tinggal di tenda karena rumahnya belum dibangun kembali," katanya.

Perubahan iklim telah menyebabkan hujan lebat di rumah Nafiso yang berusia 16 tahun di Mogadishu, Somalia.

Banjir berarti tidak masuk sekolah selama beberapa hari dalam beberapa bulan terakhir.

Kekeringan membawa panas ekstrem yang berarti rumah beratap seng milik keluarganya menjadi sangat panas.

"Beberapa anak kecil harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan," katanya.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim terhadap anak-anak multi dimensi.

Laporan yang dirilis oleh American Psychological Association dan ecoAmerica mengungkapkan perubahan iklim menimbulkan ancaman khusus bagi anak-anak dan remaja, dimulai sebelum lahir dan berpotensi mengganggu perkembangan normal sistem fisiologis,.

Ancaman juga menyangkut  kemampuan kognitif, dan keterampilan emosional dengan cara yang terkadang tidak dapat diubah.

Dalam laporan bertajul Mental dan Perubahan Iklim: Anak-Anak dan Remaja dirilis pada  2023 disebutkan faktor perkembangan anak, kesehatan orang tua, tingkat depresi dan bunuh diri.

Begitu juga dengan risiko, kecemasan, rasisme, kemiskinan, keamanan perumahan, nutrisi yang memadai dan akses terhadap perawatan medis.

Direktur Eksekutif EcoAmerica Meighen Speiser dan salah satu penulis laporan ini menuturkan dampak akut perubahan iklim, seperti bencana cuaca, dapat menyebabkan trauma dan gangguan stres pasca trauma dalam jangka pendek.

Sementara pada jangka panjang anak-anak menghadapi tantangan kesehatan mental jangka panjang jika tidak ada intervensi yang tepat.

Anak-anak lebih rentan karena ketergantungan mereka pada orang tua dan pengasuh lainnya untuk mendapatkan dukungan.

"Jika tanggung jawab kita untuk memastikan iklim yang aman dan masa depan yang baik bagi anak-anak kita dan generasi mendatang masih belum cukup jelas, maka laporan ini memberikan dampak yang sangat lega," ujar Speiser.

Sementara organisasi nirlaba Global Health Now   mengingatkan 90% beban penyakit yang terkait dengan perubahan iklim diderita oleh anak-anak balita.

Paru-paru mereka belum sepenuhnya berkembang, sehingga banyak kasus pneumonia---yang membunuh 1,75 juta anak balita setiap tahunnya---dapat dikaitkan langsung dengan kualitas udara.

Managing Director Global Health Now Dayna Kerecman Myers  mengatakan kita juga melihat, dengan terjadinya kekeringan, banjir, dan angin topan, hilangnya hasil panen secara besar-besaran, berdampak signifikan terhadap gizi di banyak belahan dunia.

"Hal ini berdampak pada pertumbuhan anak-anak, sehingga menyebabkan malnutrisi dan stunting," papar laporan itu," kata Myers dalam laporannya pada 8 Desember 2023.

Dia mendesak dunia untuk berinvestasi dalam mengadaptasi layanan perlindungan sosial yang penting seperti kesehatan, air, sanitasi, dan pengelolaan limba.

"Jika tidak, kita akan mengecewakan miliaran anak," imbuhnya.

Saat ini, 1 dari 4 kematian anak balita disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat.

Irvan Sjafari

Sumber Foto:  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun