Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hujan Mulai Turun di Jabodetabek, Ancaman El Nino Belum Berakhir

17 November 2023   16:24 Diperbarui: 17 November 2023   16:26 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dampak El Nino | jakarta.tribunnews.com

Sebagai warga Jabodetabek, saya bersyukur  dalam minggu kedua dan memasuki ketiga ini hujan mulai turun pertanda dan berharap mudah-mudahan kemarau esktrem akibat  El Nino, setidaknya di  wilayah ini berakhir.

Di mata saya walau dampak El Nino di wilayah Jabodetabek tidak separah di daerah dan belahan lain dunia  hingga saat ini, namun sudah cukup buat ketar-ketir.

Debet air di rumah saya mengecil, tetap harus disyukuri karena El Nino di wilayah Jabodetabek lain warga sulit mendapatkan air bersih.

Jogging yang biasanya menjadi kebiasaan saya setiap hari tiga bulan terakhir menjadi jarang karena panasnya suhu dan masih ditambah polusi yang begitu tinggi menguras tenaga dan khawatirnya malah berdampak pada kesehatan.

Dalam berapa bulan kemarau ekstrem, warga Cengkareng Timur, Jakarta Barat, mengalami krisis air bersih.  Warga harus membeli air galonan untuk kebutuhan sehari-hari.  

Untuk menghemat air, ada warga yang mandi sekali sehari dan mengeluarkan biaya ekstera untuk mencuci baju dengan memakai jasa laundry.

Di Makassar seperti yang saya tulis  di Kompasiana, kekeringan tampaknya sudah berakhir. 

Seperti halnya saya, Naura Rahma warga Kompleks Perumahan Antang, Kecamatan Manggala merasa lega ketika hujan turun dalam tiga hari terakhir.

"Alhamdullilah walau dalam intensitas ringan, hanya saja guntur suaranya keras," ujar Naura ketika saya hubungi, 17 November 2023.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi untuk sebagian besar wilayah Jabodetabek hingga akhir Minggu ketiga November ini hanya dilanda hujan ringan.

Masih Berlangsung hingga April 2024

Hanya saja Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengingatkan pola iklim El Nino yang memanas akan berlangsung setidaknya hingga April 2024, sehingga berkontribusi terhadap lonjakan suhu lebih lanjut.

Kepala WMO, Petteri Taalas, mengatakan bahwa dampak El Nio terhadap suhu global biasanya terjadi pada tahun setelah perkembangannya, tahun depan "mungkin akan lebih hangat lagi".

"Hal ini jelas dan tegas disebabkan oleh kontribusi meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca yang memerangkap panas dari aktivitas manusia," kata Sekretaris Jenderal WMO Prof. Petteri Taalas. 

Talaas menjelaskan  peristiwa ekstrem seperti gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, hujan lebat, dan banjir akan meningkat di beberapa wilayah, dengan dampak yang besar.

Jika di Eropa mengalami kekeringan ekstrem yang berdampak pada sungai hingga kebakaran hutan, maka di belahan dunia lain seperti Pakistan, India dilanda banjir besar. Sementara Supertopan diikuti hujan dan banjir menghantam Taiwan dan Tiongkok beberapa bulan lalu.

"Itulah sebabnya WMO berkomitmen pada inisiatif  peringatan dini untuk menyelamatkan nyawa dan meminimalkan kerugian ekonomi," kata Taalas.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan prediksi hampur sebangun  El-Nino terus bertahan pada level moderat hingga periode Desember 2023 sampai Januari-Februari 2024

Dampak lanjutan El Nino memicu kekeringan di Indonesia, salah satunya ancaman serangan hama pada tanaman pertanian.  El Nino juga berimbas pada produksi energi yang bersumber dari PLTA.

Kekeringan dan Hujan Ekstrem Sekaligus pada Kemarau

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari menunjuk perbedaan pola awan daerah di wilayah utara dan selatan katulistiwa menyebabkan terjadi perbedaan ekstrem.

Musim dingin yang kini melanda Australia membawa angin yang membawa sedikit uap air. Sebaliknya, pengaruh gelombang Rosby-Kelvin membawa komulasi awan lebih banyak.

"Itu sebabnya terjadi hujan lebat di Sumatera tengah ke utara, Kalimantan bagian barat hingga utara, Maluku Utara, dan sebagian Papua. Sebaliknya, Sumatera bagian tengah ke selatan dan sekira separuh Kalimantan bagian selatan tidak hujan," papar Muhari beberapa waktu lalu.  

Pada November 2023 menurut BNPB banjir dalam skala luas  menerjang Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Singkil,  Kabupaten Samosir  di utara Sumatera dan Kabupaten Kapuas Hulu di Kalimantan Barat.  

Bahkan di musim yang biasanya merupakan puncak kemarau, seperti September banjir melanda lima kabupaten Aceh, yaitu   Kabupaten Bireuen, Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Simeulue, serta Kabupaten Gunung Sitoli dan Labuhan Batu di Sumatera Utara.

Bagaimana dengan akhir tahun dan awal tahun yang seharusnya dalam musim hujan? Apakah akan berlangsung lebih ekstrem atau normal?  Bagi saya hal ini  masih merupakan tanda tanya.

Dalam hal ini, saya ingin kembali ke kearifan lokal, semoga Tuhan masih memaafkan umatnya atas keserakahan dan mendustakan nikmat yang telah diberikan.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun