Masih Berlangsung hingga April 2024
Hanya saja Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengingatkan pola iklim El Nino yang memanas akan berlangsung setidaknya hingga April 2024, sehingga berkontribusi terhadap lonjakan suhu lebih lanjut.
Kepala WMO, Petteri Taalas, mengatakan bahwa dampak El Nio terhadap suhu global biasanya terjadi pada tahun setelah perkembangannya, tahun depan "mungkin akan lebih hangat lagi".
"Hal ini jelas dan tegas disebabkan oleh kontribusi meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca yang memerangkap panas dari aktivitas manusia," kata Sekretaris Jenderal WMOÂ Prof. Petteri Taalas.Â
Talaas menjelaskan  peristiwa ekstrem seperti gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, hujan lebat, dan banjir akan meningkat di beberapa wilayah, dengan dampak yang besar.
Jika di Eropa mengalami kekeringan ekstrem yang berdampak pada sungai hingga kebakaran hutan, maka di belahan dunia lain seperti Pakistan, India dilanda banjir besar. Sementara Supertopan diikuti hujan dan banjir menghantam Taiwan dan Tiongkok beberapa bulan lalu.
"Itulah sebabnya WMO berkomitmen pada inisiatif  peringatan dini untuk menyelamatkan nyawa dan meminimalkan kerugian ekonomi," kata Taalas.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan prediksi hampur sebangun  El-Nino terus bertahan pada level moderat hingga periode Desember 2023 sampai Januari-Februari 2024
Dampak lanjutan El Nino memicu kekeringan di Indonesia, salah satunya ancaman serangan hama pada tanaman pertanian. Â El Nino juga berimbas pada produksi energi yang bersumber dari PLTA.
Kekeringan dan Hujan Ekstrem Sekaligus pada Kemarau
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari menunjuk perbedaan pola awan daerah di wilayah utara dan selatan katulistiwa menyebabkan terjadi perbedaan ekstrem.
Musim dingin yang kini melanda Australia membawa angin yang membawa sedikit uap air. Sebaliknya, pengaruh gelombang Rosby-Kelvin membawa komulasi awan lebih banyak.