Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pelajaran Kebakaran Hutan Kanada: Jangan Serakah pada Alam

11 November 2023   22:15 Diperbarui: 11 November 2023   22:18 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2023 menjadi  mimpi buruk bagi sebagian masyarakat Kanada setelah kebakaran hutan melanda negeri itu.  Durasinya yang panjang sejak Maret hingga saat ini belum teratasi sepenuhnya.

Selain itu area hutan yang lintas provinsi dan negara bagian, yaitu Nova Scotia, Quebec, Ontario, Yellowknife, Britich Colombia, dan Alberta. Luas kebakaran yang mencapai  18,5 juta hektar dari luas hutan Kanada sekitar 34,7 juta hektar.  Itu sama dengan lima persen dari luas hutan. Kanada adalah negara ketiga yang mempunyai luas hutan terbesar. 

Area yang terbakar setara  sekitar dua kali luas wilayah Portugal, memecahkan rekor kebakaran tahunan sebelumnya yang hampir tiga kali lipat.  Sejak musim semi dan seterusnya, lebih dari 6.500 kebakaran terjadi, secara tidak biasa, di seluruh negeri, melanda Nova Scotia di timur hingga British Columbia di barat. Negara ini memiliki sekitar 10% hutan dunia dan sepertiga dari lahan tersebut telah terbakar dalam 40 tahun terakhir.  

Kebakaran sebagian besar berpusat di hutan boreal Kanada yang luas, habitat bagi makhluk seperti rusa besar, beruang, dan burung penyanyi, serta bank karbon penting yang mencakup wilayah yang lebih luas dari India, mewakili sekitar seperempat hutan utuh yang tersisa di dunia.

Sebagian besar kebakaran terjadi di wilayah terpencil -- namun terdapat dua kematian petugas pemadam kebakaran pada Juli. Di antara keduanya terdapat nama Devyn Gale, seorang petugas pemadam masih berusia 19 tahun.  

Gadis muda itu terjebak di bawah pohon saat membersihkan api di semak-semak, Kamis, 13 Juli 2023. Sebuah pohon tumbang menimpa tubuhnya. Petugas kepolisian sempat melarikan Devyn ke rumah sakit, tetapi dia meninggal karena lukanya.  

Selain itu terdapat  sejumlah evakuasi, yang paling berkesan adalah 20.000 warga Yellowknife, ibu kota Wilayah Barat Laut, yang harus meninggalkan rumah mereka pada  Agustus ketika banyak kebakaran terjadi di wilayah tersebut. kota.

Dampak Global

Kebakaran selalu menjadi ciri khas hutan Kanada, namun para ahli mengatakan tahun ini tidak hanya merupakan perubahan besar dari norma-norma sebelumnya namun juga merupakan pertanda buruk dari kondisi yang akan ditimbulkan oleh krisis iklim, yang turut memicu kebakaran hutan yang lebih besar dan ganas. melalui peningkatan suhu dan perubahan pola curah hujan.

Celakanya, ribuan kebakaran hutan di Kanada tahun ini melepaskan ke atmosfer lebih dari tiga kali jumlah karbon dioksida yang dihasilkan Kanada dalam setahun. Pada Maret hingga Juli 2023 kebakaran hutan  ini menghasilkan emisi karbon mencapai 1 miliar ton. 

Musim kebakaran yang sepertinya tidak ada habisnya, yang menciptakan udara berbahaya di banyak negara bagian AS yang berjarak ribuan mil jauhnya

Kanada adalah negara terluas kedua, dengan skala yang sama dengan Tiongkok, namun hanya memiliki populasi sekitar  40  juta jiwa. Negara yang luas, cenderung merupakan  pedesaaan,  serta perubahan iklim menyebabkan lebih banyak kebakaran hutan yang terjadi di wilayah yang tidak dapat diakses. Karena tidak bisa diakses kebakaran meluas tanpa terkendali hingga merambah wilayah yang dihuni, sehingga mungkin sudah terlambat untuk membendung atau memadamkannya. 

Hingga saat ini juga tidak diketahui apa pemicu kebakaran yang demikian hebat, tetapi perubahan iklim, panas ekstrem yang menyebabkan kekeringan parah, sebagian besar Kanada mengalami hujan es yang sedikit pada triwulan pertama 2023 adalah penyebabnya. 

Koordinator Provinsi di Unit Komunikasi dan Mitigasi untuk Penerbangan, Kebakaran Hutan dan Layanan Darurat (AFFES) cabang Kementerian Sumber Daya Alam dan Kehutanan di Ontario Sarah Allen menyampaikan  karena faktor luas wilayah dan keterpencilan sulit untuk mengetahui seberapa banyak persiapan yang harus dilakukan.

Jumlah, ukuran, intensitas kebakaran hutan dan luas area yang terbakar sangat bervariasi. Terjadinya dan intensitas kebakaran hutan sangat dipengaruhi oleh pola cuaca yang dapat berubah dari tahun ke tahun.

Nol Emisi Tinggal Janji 

Terkait perubahan iklim dan emisi karbon,  Pimpinan Kanada mengklaim negara itu sebagai negara ramah lingkungan. Perdana Menteri Justin Trudeau yang liberal, telah lama menegaskan bahwa negara tersebut dapat mengeksploitasi sumber daya alamnya sambil melindungi keanekaragaman hayati dan memimpin perjuangan global melawan perubahan iklim.

Kanada termasuk di antara 100 negara yang telah berjanji pada pertengahan abad ini untuk mencapai "nol emisi," atau menghilangkan gas rumah kaca sebanyak-banyaknya dari atmosfer sesuai dengan kontribusinya. Pada konferensi iklim PBB tahun lalu, yang dikenal sebagai COP27, negara ini juga bergabung dengan negara-negara kaya lainnya untuk menjanjikan lebih banyak dana bagi negara-negara berkembang untuk memerangi perubahan iklim.

Namun, pada konferensi yang sama, Kanada juga menghadirkan delegasi eksekutif bahan bakar fosil terbesar kedua di dunia, berdasarkan analisis The Associated Press. Sebelas eksekutif dari perusahaan minyak, gas, dan baja besar Kanada, termasuk Enbridge dan Parkland Corporation menghadiri COP27 -- di mana negara-negara menetapkan prioritas iklim dan jadwal untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Satu-satunya negara yang mengirimkan delegasi eksekutif bahan bakar fosil dalam jumlah besar adalah Rusia, menurut temuan AP. 

Produsen minyak Kanada terus menerus mengekstraksi minyak pada tingkat yang berlaku saat ini, dan dengan bantuan teknologi, membersihkan operasi mereka sehingga negara tersebut masih dapat mencapai target iklimnya. Namun  jika produsen minyak Kanada berhasil melakukan hal tersebut, rencana mereka tidak mempertimbangkan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan ketika pelanggan menggunakan produk mereka untuk menggerakkan mobil, memanaskan rumah, melakukan penerbangan, dan sebagainya.

Statusnya sebagai negara keempat di dunia yang melakukan upaya untuk memerangi perubahan iklim, tetapi juga negara penghasil minyak terbesar dan penghasil gas terbesar kelima, bahan bakar yang bila digunakan akan melepaskan karbon dioksida, gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer dan memperparah kondisi kering sehingga kebakaran hutan dapat menelan jutaan hektar lahan.

Kini Kanada merasakan bagaimana dampak  keserakahan oligarki minyak tersebut. Mereka berkontribusi terhadap perubahan iklim. Hendaknya dijadikan pelajaran bagi negara lain bahwa ada harga yang harus dibayar untuk kelimpahan keuntungan yang sesaat.  Jangan sampai seperti pepatah: Siapa yang menabur angin akan menuai badai.

Sementara Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Sekar Banjaran Aji mengatakan kebakaran hutan di Kanada memberikan pelajaran bagi  Indonesia untuk hati-hati dalam penyusunan kebijakan. "Jangan sampai membuka ruang "pembukaan hutan lagi" di area kritis atau area lindung yang selama ini menyangga ekosistem," katanya seperti dikutip dari Koridor. 

Sekar  menyorot di Kanada saja ada pelanggaran  terkait soal area penyangga ekosistem. Di Quebec selatan, 83 proyek konservasi yang disetujui oleh masyarakat lokal melalui proses multi-stakeholder telah menunggu persetujuan pemerintah selama lebih dari satu dekade. Yang mengejutkan dan membuat marah banyak orang, semua proyek dikecualikan dari 17% kawasan lindung yang diumumkan pada 2020.

Kebakaran hutan di Kanada juga memberikan pelajaran bahwa negara maju seperti Kanada saja tidak mampu menghadapi kebakaran hutan dan dibantu negara lain untuk meredakannya, tetapi belum menuntaskan. Jadi memang tidak ada manusia yang mampu melawan alam, camkan itu!

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun