Ajarkan anak-anak untuk menjaga dan memelihara lingkungan hidup. Â Ketika mereka dewasa, kebiasaan itu akan terbawa dan akhirnya menularkannya kepada anak-anaknya.
Para pendidik di SD Pelita Fajar, Kecamatan Bojongloa, Bandung memahami hal itu. Â Mereka membiasakan para murid untuk membawa makanan dan minuman sendiri. Kemudian para guru mengajarkan siswa kelas 1 hingga kelas 6 untuk membuang sampah sesuai kategorinya.
Saat jam istirahat tiba, siswa kelas 1-6 tampak menikmati bekal makanan dan minuman secara mandiri. Mereka juga membuang sendiri sampah-sampah tersebut sesuai dengan kategorinya.
Pengolahan sampah di sekolah ini juga dilakukan sejak dari ruangan kelas. Jadi, di ruang kelas masing-masing, telah disediakan tempat sampah organik, anorganik, dan juga sampah residu.
Sampah-sampah dari dalam kelas itu kemudian didistribusikan ke tempat sampah besar yang ada di lorong tiap lantai sekolah ini. Polanya juga sama: sampah-sampah itu dimasukkan sesuai dengan kategorinya dan siap diolah oleh petugas kebersihan.
Selain itu, di halaman sekolah juga ada bank sampah yang merupakan hasil kolaborasi dengan Bank Sampah Induk Kota Bandung. Bank sampah inilah yang mengolah sampah-sampah anorganik.
SD Pelita Fajar bahkan mengajarkan bagaimana mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos melalui Loseda. Sisa makanan dari bekal di dalam tempat makanan tadi kemudian dibuang ke lubang Loseda yang terletak di belakang gedung sekolah. Lalu, sampah daun dikumpulkan menjadi bahan untuk pupuk kompos.
Kepala Sekolah SD Pelita Fajar, Apriany Listarida menyebut, kebiasaan memilah sampah perlu diajarkan pada anak sejak usia dini. Menurutnya, hal ini sangat penting agar anak-anak dapat menerapkannya hingga usia dewasa kelak.
"Jadi, kami biasakan sejak kecil. Harapannya, nanti anak-anak ini terbiasa memilah sampah," ujarnya seperti dikutip dari  laman Pemkot Bandung.Â
Apriany mengaku, pola pemilihan sampah di SD Pelita Fajar ini menjadikan lingkungan sekolah lebih bersih. Apalagi, sampah anorganik di sini telah didistribusikan ke bank sampah.
"Nanti diangkut oleh bank sampah (Bank Sampah Induk). Kami ada buku tabungannya juga," terangnya.
Selain pengolahan sampah, SD Pelita Fajar juga menerapkan penataan infrastruktur yang ramah lingkungan. Salah satunya adalah membangun serapan air yang nantinya dimanfaatkan sumber mata air yang baru.
"Walaupun kami ada di wilayah rawan banjir, syukur, di sini drainasenya bagus. Ada juga bak kontrol di bawah yang bisa kami cek setiap saat," katanya.
Apriyani mengajak, khususnya kepada seluruh pegiat pendidikan untuk sama-sama membiasakan anak memilah sampah sejak dini.
"Mari biasakan anak didik kita untuk membuang sampah ke tempatnya, sesuai dengan jenisnya," pungkasnya.
SD Pelita Fajar bukan satu-satunya sekolah hijau di kota kembang ini.  SD Ar Rafi di Sukapura, Kecamatan Kiara Condong juga  mendorong para siswanya untuk meminimalisir produksi sampah. Para siswa diminta membawa bekal dari rumah. Kalau pun harus jajan di kantin sekolah, mereka wajib  dan menggunakan wadah sendiri.
Para siswa juga dibiasakan untuk memilah sampah di sekolah sesuai kategori yang sudah ditentukan yaitu sampah organik, non organik, dan residu.
SD Ar Rafi
SD Ar Rafi merupakan sekolah yang telah meraih status Adiwiyata. Yaitu Sekolah yang peduli lingkungan yang sehat, bersih serta lingkungan yang indah.
Koordinator Adiwiyata SD Ar Rafi, Diny Hidayanti mengatakan, sekolahnya telah menerapkan program pemilahan sampah ini sejak lama.
"Kami di kelas sudah ada sampah daur ulang setiap pekan akan diambil dan ditimbang dan dimasukan ke bank sampah. Untuk bank sampah sudah mulai dari 2016 dan sudah ada sampah terpilahnya," jelas Diny.Â
Untuk pengelolaan sampah organik, sejak Februari 2022 lalu sekolah menerapkan sisa sampah dimasukkan ke loseda (pipa berdiameter 120 cm yang digunakan untuk membuang sampah sisa dapur ke tanah).
"Sampah organik sisa makanan dimasukan ke dalam loseda. Tapi tahun pelajaran ini sisa makanan kami berikan ke petani bebek," ucapnya.
Sedangkan untuk program Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan) sudah dilakukan mulai 2018. Â Diny juga menambahkan selalu ada sosialiasi pemilahan sampah setiap tahun ajaran baru.
Hal yang sama juga terjadi SDN 077 Sejahtera, Sukajadi.  Sekolah ini  mendorong para siswanya untuk meminimalisasi produksi sampah. Di antaranya dengan program Jamping atau Jajan Makan Pake Misting. Para siswa diwajibkan membawa bekal dari rumah dan menggunakan wadah sendiri untuk jajan di kantin dan lingkungan sekolah.
Kepala Sekolah SDN 077 Sejahtera, Ihat Solihat mengatakan, program Jamping ini telah dilakukan sejak awal semester 2023. Tujuannya untuk mengurangi sampah mulai dari sumbernya.
Ihat bersama tim Adiwiyata terus mengedukasi murid hingga pedagang agar tidak menggunakan plastik dan kemasan yang menghasilkan sampah.
"Hal terpenting mengurangi, sampah dari sumbernya. Para murid diwajibkan membawa misting. Lalu kita edukasi kepada para pedagang agar tidak melayani makanan jika murid tidak menggunakan misting," katanya pada 19 Oktober 2023 lalu.
Tampaknya mengajak anak-anak untuk memilah sampah-sampah lebih mudah daripada mengajarkan orang dewasanya. Sebelum Kota Bandung mengalami darurat sampah, sekolah-sekolah sudah menerapkan pemilahan sampah dan menanamkan kebiasaan baik menjaga lingkungan pada anak usia dini.
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H