Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

TPA Rawan Terbakar, Kemarau Ekstrem atau Sistem Open Dumping?

21 Oktober 2023   20:07 Diperbarui: 21 Oktober 2023   20:17 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum sebulan tragedi kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti di Bandung Barat berlalu, sejumlah TPA lainnya di tanah air terbakar.  Hal ini menandakan bahwa selain hutan dan lahan, TPA pun menjadi kawasan rawan kebakaran pada musim kemarau ekstrem ini.

Pada Jumat, 20 Oktober 2023 TPA Tlekung di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur yang sudah berapa bulan ditutup terbakar. Lokasi kebakaran berada di area sebelah selatan. Tim gabungan segera melakukan pedaman api dengan mengerahkan sebanyak 4 unit mobil pemadam kebakaran  dibantu oleh para relawan dan warga.  Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu menduga api berasal dari bawah lereng dan merembet ke sisi atas.

Selain upaya pemadaman dan pembasahan oleh Dinas Kebakaran, tim gabungan juga membuat sekat bakar agar api tidak merembet ke lahan warga. Cuaca di lokasi kebakaran terpantau cerah dan berangin justru menjadi kendala tim dalam melaksanakan pemadaman.

Pada hari yang sama kebakaran juga melanda TPA Rawa Kucing, Kelurahan Kedaung Wetan, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Provinsi Banten dilahap si jago merah.  Pada saat kejadian, BPBD Provinsi Banten, BPBD Kota Tangerang bersama tim gabungan langsung menuju lokasi kebakaran untuk melakukan pemadaman darat, sebanyak 36 unit pemadam kebakaran dan sekitar 450 orang terlibat dalam proses pemadaman.

Kebakaran TPA Tlekung-Sumber foto: Pusdalops BPBD Kota Batu
Kebakaran TPA Tlekung-Sumber foto: Pusdalops BPBD Kota Batu

Seperti halnya kebakaran yang melanda TPA Tlekung, pemicu kebakaran belum diketahui. Namun laporan Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)  pada Sabtu 21 Oktober 2023  mengungkapkan cuaca ekstrem dan panas yang sangat terik membuat tumpukan sampah plastik menjadi sangat mudah terbakar. Diperkirakan sekitar sepuluh hektare lahan TPA terbakar.

Seminggu sebelumnya, pada 13 Oktober 2023, TPA Randukuning, Tegalsari, Kabupaten Batang, Jawa Tengah terbakar. Kepala UPTD Persampahan, DLH Batang Nur Handayanti menerangkan, tumpukan sampah di TPA Randukuning sudah melebihi kapasitas sejak dibangun 1995 lalu, yaitu sebanyak 53 ribu m. 

"Setiap harinya sebanyak 115 ton yang datang ke TPA . Kami memperkirakan daya tampungnya cuma 6 bulan lagi, karena kapasitas sudah berlebih," ujar dia

BNPB mencatat sebanyak 14 kejadian kebakaran di TPA dari Sabang hingga Merauke sepanjang Juni hingga Oktober 2023.  Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengungkapkan penyebab alotnya pemadaman api di TPA ialah terlalu banyaknya tumpukan plastik yang menyulitkan air merembes ke bawah.

Tinggalkan Sistem Open Dumping

Hal ini memperkuat analisis dari  Senior Advisor Nexus3 Foundation Yuyun Ismawati  bahwa praktik open dumping atau pembuangan sampah terbuka    di sejumlah TPA sudah harus ditinggalkan.

Tempat pembuangan sampah terbuka mengundang risiko terjadinya kebakaran. Open dumping menyediakan banyak bahan mudah terbakar seperti kertas, plastik, dan bahan organik.

Jika terkena api atau panas yang tinggi, bahan-bahan ini dengan mudah dapat terbakar dan memicu kebakaran yang meluas. Selanjutnya, asap kebakaran bakal menyebarkan emisi karbon monoksida, hidrogen sulfida, merkuri, dioksin, furan, bahan-bahan kimia berbahaya lainnya.

"Seharusnya pemerintah tidak lagi memperbolehkan pengoperasian TPA dengan sistem terbuka atau open dumping. Standar Indonesia minimal harus controlled landfill. Sistem ini menutup sampah dengan tutupan urugan tanah harian atau mingguan untuk mencegah kebakaran dan pencemaran lingkungan," ujar Yuyun

Yuyun mengingatkan harus adanya prosedur penanganan standar (SOP), terutama pada musim kemarau. Misalnya, tanda larangan merokok atau bawa api yang cukup jelas.  Selain itu harus ada arahan bagaimana mengatasi percikan api sampai terjadi kebakaran besar. 

Nexus3 Foundation termasuk salah satu kelompok pegiat lingkungan yang bergabung dalam Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI).   AZWI mencatat kasus kebakaran TPA yang menerapkan metode open dumping seringkali terjadi di berbagai daerah.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang menyebutkan ada 364 TPA di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 33% open dumping, 55% controlled landfill, dan sisanya 12% sanitary landfill.

Persoalannya, masih bayak daerah yang sistem operasional  pengelolaan sampah menggunakan sistem open dumping.  Salah satu aspek utama adalah masalah pembiayaan pengelolaan TPA  jika menerapkan sistem sanitary landfill.

Sanitary Landfill

Sanitary landfill adalah metode penimbunan sampah. Sebelum menimbun sampah, metode ini menyiapkan tanah lempung sebagai lapisan agar air sampah atau yang dikenal dengan air lindi tidak terserap secara langsung ke dalam tanah sehingga tidak menimbulkan polusi tanah.

Permukaan dasar dari metode sanitary landfill juga dilengkapi dengan pipa air lindi dan pipa gas metana yang berfungsi untuk mengumpulkan air lindi dan gas metana yang dihasilkan dari sampah yang ditimbun.

Metode ini dinilai paling efektif untuk digunakan di tempat pembuangan sampah. Salah satu TPA di Malang, TPA Supit Urang telah menunjukkan bahwa sampah yang dihasilkan di TPA yang telah berjalan sejak 2021 lalu tersebut menunjukkan pengurangan volume sampah hingga 50 ton per hari nya.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun