Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukankah Batu Berkembang karena Apel, Jeruk dan Wisata?

7 Oktober 2023   12:30 Diperbarui: 7 Oktober 2023   12:39 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan ke Batu masa kolonial https://www.batukita.com/2020/09/masuknya-pertanian-kolonial-di-daerah-batu-sejarah-daerah-batu-malang-12.htmlt 

Sementara itu De Locomotief edisi 14 Januari 1926 menceritakan jalan terkenal berkelok-kelok di atas hotel permandian Songgoriti yang menghubungkan Malang dengan Poodjon banyak mengalami kerusakan akibat hujan lebat.

Awal Budi Daya Apel dan Jeruk

Majalah Gids voor Batoe en omstreken edisi 1934 menyebutkan para petani asal Eropa memperkenalkan budi daya jeruk pada penduduk lokal dan memberikan mata pencaharian bagi banyak orang di wilayah ini.

Budi daya ini ternyata memberikan kontribusi yang signifikan antara lain untuk meningkatkan anggaran rumah tangga. Sebagai aturan, selain properti sawah dan/atau tegalan tertentu, penduduk asli memiliki pekarangan yang cukup luas di mana terdapat pohon jeruk, seringkali dengan tanaman perantara sayuran dan bunga.

Mayoritas penduduk Eropa juga mempraktikkan cabang budaya tanah ini, baik sebagai hobi dan hiburan, atau sebagai sarana penghidupan atau untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Majalah itu menyebutkan jeruk keprok dan "Jeruk Manis dari Batu" unggul dalam hal rasa dan bau sehingga secara umum dikenal dan dicintai masyarakat karena kualitasnya. Majalah itu mengungkapkan bahwa budi daya jeruk sudah ada selama kira-kira 35 tahun.

Iklan Jeruk Manis Kota Batu di Soerabaijasch Handelsblad /Delpher.Nl
Iklan Jeruk Manis Kota Batu di Soerabaijasch Handelsblad /Delpher.Nl

Itu artinya sejak awal abad ke 20. Sumber ini diperkuat oleh Preanger Bode edisi 23 Mei 1919 memuat iklan kedatangan 100 buah jeruk manis seharga 2,50 gulden dari Batu Malang.  Buiten; geillustreerd weekblad aan het buitenleven gewijd  edisi  28 Agustus 1909  menyebut  adanya :djeroek manies", yang diproduksi di daerah pegunungan seperti Garoet, Magei dan Malang."

Pada awalnya budi daya jeruk dimulai di Desa Sumbergondo, Bulukerto, dan Punten. Budi daya ini secara bertahap meluas ke desa-desa lainnya. Penghitungan pohon pada 1926 yang dilakukan oleh Dinas Hortikultura Departemen Pertanian, Industri dan Perdagangan memberikan hasil dalam bilangan bulat sebagai berikut: Jeruk manis Batu terhitung sebanyak 46.000 pohon dan jeruk keprok 85 ribu pohon.

Pada masa pendudukan Jepang dan lima tahun berikutnya, budi daya jeruk mengalami kemunduran.   perhatian penduduk lebih banyak tertuju pada budi daya apel, yang memang juga membawa manfaat lebih, menurut pendapat penduduk di Batu

Nijmeegsch Dagblad,  27  Maret 1951 mengungkapkan benih apel   didatangkan dari Belanda pada 1925 dan tersebar di seluruh Batu. Mereka terutama memperhatikan apa yang disebut varietas "Keindahan Roma" dan "astrachar", sedangkan varietas Cina atau apel asli digunakan sebagai batang bawah untuk okulasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun