Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Maju Tak Gentar Mempertahankan Keberlangsungan Kawasan Bandung Utara

3 Oktober 2023   00:39 Diperbarui: 3 Oktober 2023   00:49 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu di beberapa mata air dekat permukiman, ph nya 9. Dan saat ini sudah berubah phnya ada yang 8. Kondisi ini membuat Rhyma semakin cemas. Dia bersama kawan-kawannya terus berjuang untuk menyuarakan pentingnya menjaga lingkungan, khususnya konservasi air. 

Menurut alumni  Psikologi Universitas  Maranatha  ini perubahan di KBU sudah mengkhawatirkan. Beberapa waktu lalu teman-teman Patanjala (metode untuk mengetahui jalur arus air dari leluhur Urang Sunda) melakukan survei.

Ternyata dari hutan Penjebolan atau keluarnya air, setelah diukur, tidak ideal, karena hutan larangan berkurang dan beralihfungsi  jadi lahan tani dan pemukiman.

Bahkan dari salah satu segmen utama yang disebut panutupan, seharusnya jadi tempat air, atau semacam tandon air. Ternyata itu di Bandung tidak ada, karena sudah jadi jalan raya. Dari situ airnya kelihatannya sudah krisis. Di dalam sungai itu ada yang bocor, hingga arusnya masuk ke Cibadak.

Rhyma khawatir air sungai di wilayahnya terancam, tercemar, dan punah. Dia bersama kawan-kawannya dari Yayasan Cinta Alam Indonesia (CAI) berjuang keras melindungi 30 mata air di wilayahnya.   Dia bersama kawan-kawannya menjalankan metode patanjala dari leluhur yang tidak memperbolehkan adanya betonisasi , sedikinya 70 meter dari mata air.

Komunitas ini meminta Pemerintah membuat aturan jangan sampai di area mata air itu ada betonisasi.  Pemerintah membuat regulasi untuk  mengembalikan fungsi mata air sebenarnya.

"Kenyataanya, jarak antara mata air dan permukiman itu sangat pendek. Seharusnya ada jarak ideal yang disesuaikan dengan besar dan kedalaman mata airnya. Mata air itu harusnya tidak terjamah," kata perempuan yang kerap menjadi influencer ini.

Rhyma bukan anak kemarin sore berjuang untuk lingkungan hidup.  Ketika dia masih berusia 26 tahun,  dia mampu melakukan beberapa kegiatan sosial salah satunya yaitu merubah selokan yang kotor dan bau menjadi berkelanjutan, bersih, dan bisa ditempati oleh ikan.

Sustainable Cipaku sempa diisi oleh 1.000 benih ikan lele dan 250 benih ikan nila. Selain untuk menjaga kebersihan lingkungan dan mempercantik selokan, dia menargetkan Sustainable Cipaku juga bisa menjadi ketahanan pangan untuk warga sekitar, jadi siapapun warga yang ingin memancing ikannya, diperbolehkan. 

"Sayangnya tidak bertahan lama. Warga banyak yang apatis, dan tetap membuang sampah ke selokan, hingga ikannya mati," kata Rhyma.

Melalui Yayasan CAI , Rhyma dan para Pemuda Ledeng bergerak menjaga kawasan Tjibadak sejak 2016. Mereka berani pasang badan untuk menjaga Tijabadak. Menurut Yadhi Supriyadi, Ketua CAI seluruh pemuda yang terlibat berjumlah 30 orang. Pada 2019 Yayasan CAI diakui legalitasnya oleh Kemenkumham. Pada tahun itu juga mereka menanam ratusan pohon bambu berbagai jenis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun