Sebagai pemilik kelompok Rimba Persilatan Harimau Putih, ia menuturkan jika banteng adalah simbol dunia persilatan. Asal kata bantengan muncul dari kata "Babarno Barang kang Enteng" yang berarti menjadikan berat jadi ringan, katanya pada Tugu MalangÂ
Bagaimana dengan Kota Batu? Penelitian yang dilakukan Melisa Mulyono dan kawan-kawan dari Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni, Universitas Kristen Petra pada 2016 bertajuk Perancangan Audio Visual Seni Bantengan di Kota Batu menyebutkan terdapat sekitar 250 kelompok Seni Bantengan.
Menurut penelitian itu disebutkan adanya unsur magis dari pertunjukkan ini adalah karena dilakukannya upacara di awal acara.
Upacara ini memiliki dua tujuan. Pertama adalah mantra-mantra atau doa agar dalam pertunjukan diberikan keselamatan dan kelancaran, dan hanya untuk kebaikan. Tujuan yang kedua adalah mantra untuk memanggil pihak ketiga (roh) untuk ikut terlibat dalam pertunjukan.
Berbeda dengan Supraun, Ebes  menyebutkan asal usul Bantengan itu masih menjadi polemik karena banyak versi. Namun yang jelas kesenian ini tumbuh kembang di geografis antara Gunung Arjuna, Bromo, Semeru dan Kawi.
"Yang jelas menurut saya pribadi sudah ada sejak jaman era singosari-majapahit hal ini di buktikan di beberapa relief candi yang ada bertebaran di Jatim. Misal candi Jago. Dan bukti kuat nama tokoh-tokoh yang berkaitan dengan binatang bertanduk ada di era kerajaan tsb, seperti nama depan beberapa tokoh Mahesa, Kebo , dan Lembu," papar Ebes.
Bantengan sendiri mempunyai ciri khas karakter yang berbeda-beda setiap daerah. Suatu contoh di daerah Batu sama daerah Tumpang dari ciri khas musik beda. Yang menonjol kalau daerah Tumpang memakai properti 'gonjong' ( kerangka tubuh Bantengan dari rotan/bambu).
Ebes ini merupakan aktivis dari Sanggar Songgoriti kota Batu dengan nama paguyuban Persatuan Seni Pencak Silat & Bantengan "Empu Supo" Songgoriti. Perkumpulan ini memiliki anggota 87 orang yang aktif.
"Anggota kami terdiri atas lintas suku, adat, dan agama serta dari berbagai daerah baik dalam lingkungan desa maupun luar lingkungan daerah kami baik pria maupun wanita, untuk paling muda usia 5 tahunan," ujar Ebes.
Ebes merespon generasi milenial sampai detik ini sangat antusias sekali. Seni Bantengan tumbuh subur dan berkembang sangat pesat.