Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Pertunjukkan Bantengan di Kayutangan Malang

27 September 2023   11:11 Diperbarui: 27 September 2023   11:22 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para peserta dan penonton Bantengan di Kayutangan, Malang pada 8 September 2023. Foto: Irvan Sjafari

Sejumlah kawasan di Malang Raya mempunyai pertunjukkan Seni Bantengan.  Seni ini merupakan seni unik yang menggabungkan tari, pencak silat, musik, hingga kostum berwujud banteng, kera hingga harimau.   

Di Kota Batu, pertunjukkan Bantengan diikuti bacaan  syair dan mantra menambah nuansa magis pertunjukan Bantengan. Para pemainnya pun kerap mengalami kesurupan.

Pegiat Seni Tradisi dari Lingkungan Songgoriti Kelurahan Songgokerto, Kota Batu Udik Arianto seperti dikutip dari  Koridor   mengungkapkan Bantengan sendiri mempunyai ciri khas karakter yang berbeda-beda setiap daerah.

Suatu contoh di daerah Batu sama daerah Tumpang dari ciri khas musik beda. Yang menonjol kalau daerah Tumpang memakai properti 'gonjong' ( kerangka tubuh Bantengan dari rotan/bambu).

"Dalam kesenian Bantengan ada berbagai peran, yaitu macan/harimau dan monyet (bedhesan). Banteng merupakan simbol kemakmuran/pribumi. Macan menyimbolkan keangkaramurkaan/penjajah. Sedang monyet merupakan simbol pengadu domba," ujar pria yang kerap disapa Ebes ini.

Malam hari sekira pukul tujuh, masih hari pertama trip saya di Malang-Batu pada 8 September 2023 saya melihat pertunjukkan Bantengan di pedestarian Jalan Basuki Rahmat yang juga lazim disebut Kayutangan.

Berbeda dengan aslinya di Kota Batu yang kental musik tradisional, pertunjukkan Bantengan di Malang dominan dengan musik dangdut "Ande-ande Lumut". Tetapi tidak mengurangi keasyikan para pemain dan penonton yang melingkari mereka.

Pertunjukkan berlangsung seperti layaknya sebuah keluarga besar, di sela petunjukkan mereka berfoto bersama.  Kebanyakan mereka adalah  emak-emak dan anak-anak.  Ada sekitar 300 orang memenuhi tempat itu.  Untungnya kawasan itu tidak terlalu ramai.

Asal-usul Menjadi Polemik

Supraun dalam penelitian  Hidyatulah pada 017, menyebutkan di Malang,  seni tradisi bantengan lahir dari bagaimana cara masyarakat kala itu mengamati kebiasaan hewan liar yang ada di hutan. Gerakan-gerakan itu kemudian direplikasi menjadi jurus bela diri dan sebuah gerak pencak silat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun