Begitu juga ketika Abah tidak mau memercayai kemampuan Ara berkomunikasi dengan ayam. Itu simbol  Ara lancar berkomunikasi dengan dengan Neon, tapi tidak dengan keluarganya.  Ara seperti anak ayam yang terpisah dari keluarganya, hanya saja tidak secara fisik.
Bagaimana dengan sinematografinya? Apik pisan, euy kata orang Sunda, yang jadi latar belakang kultural film ini, panorama perdesaan dengan sawahnya. Perjalanan naik sepeda Ara dan Ariel (juga Euis dan Deni) Â menembus kabut dan hujan, memberikan suasana romantis bagi penoton dewasa. Namun apakah itu memberikan kesan pada penonton anak-anak?
Sebetulnya Adhisty Zara juga punya kesempatan untuk menampilkan aktingnya. Jika di film pertama berhasil mencuri perhatian sebagai anak Jakarta yang sempat menolak jadi anak desa, maka di film kedua Euis, yang menjadi karakter semi antagonis dengan permasalahan dengan cinta monyetnya. Â Sekalipun dia bermain baik, namun porsinya tidak terlalu cukup.
Catatan saya yang lain soundtracknya Harta Berharga kali ini dinyanyikan Adhisty Zara, Widuri Putri Sasono dan Muzakki Ramdhan terasa lebih menyegarkan. Begitu juga lagu baru yaitu 'Jatuh Cinta' yang dinyanyikan Marion Jola dan Teja Sumendra tampaknya ditujukan pada sosok Euis, tetapi juga bisa pada Ara, easy listening, ringan dan kekinian.
Secara keseluruhan 'Keluarga Cemara 2' pas tayang pada masa liburan yang memberikan alternatif bagi penonton keluarga.
Irvan Sjafari
Â
Kredit Foto Poster film Keluarga Cemara 2: pikiran rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H