Ara kemudian menemukan teman Ariel (Muzzaki Rhamdan), Â yang menawarkan jasa mengantarkan pulang naik sepedanya. Â Ariel ini tinggal bersama kakeknya yang mempunyai warung. Â Nah, suatu ketika keduanya menemukan seekor anak ayam di jalan diberi Neon dan Ara memeliharanya di rumah.
Ara yang kesepian merasa bisa berkomunikasi dengan ayam, sejak awal di peternakan merasa ayam-ayam memanggilnya.  Kang Romli (Abdurrahman Arif), seorang  karyawan di peternakan itu juga  memperkuat keyakinannya dengan mengatakan waktu bisa berkomunikasi dengan kodok.
Dia yakin Neon ingin bertemu dengan keluarganya  dan setelah mencari tahu bahwa yang banyak memelihara ayam ada di kampung yang cukup jauh dari kampungnya.  Bersama Ariel, Ara pun nekat mengantarkan Neon kembeli keluarganya sebagai niat baik dengan semangat yang tinggi, sekalipun tanpa ditemani orang dewasa.  Tentunya keluarganya  tidak sependapat.
Review
Pada  film pertamanya yang rilis pada 2018, sekuel disutradarai oleh Yandy Laurens, amka sekuelnya disutradarau  oleh Ismail Basbeth, seorang sutradara film festival seperti Another Trip to The Moon (2015).  Sementara penulis skenario dipercayakan pada Irfan Ramly (Love for Sale, Filosofi Kopi 2) bukan lagi Gina. S. Noer.
Hasilnya?  Sekilas terkesan jika film pertama fokus pada drama keluarga dan perubahan gaya hidup, sukses mengundang haru, maka sekuelnya fokus pada petualangan Ara dan imajinasinya. Tadinya saya khawatir jadi mirip  Petulangan Sherina bertemu dengan kriminal konyol, misalnya.
Tetapi untungnya tetap setia pada pakem dari cerita karya Arsewendo Atmowiloto dengan penyelesaian ala Abah. Solusi yang ditawarkan sesuai dengan spirit film ini 'Harta yang Paling Berharga adalah Keluarga'.
Yang menarik ialah sentuhan feminisnya terasa, sekalipun sutradara dan penulis skenarionya adalah laki-laki. Dalam sebuah adegan Emak menolak diberi tanggungjawab sepenuhnya pada tugas domestik, dia menutut Abah juga memberikan perhatian kepada anak-anaknya. Â
Ada sebuah adegan yang menohok, yaitu ketika  Emak melamun sendirian di tengah malam dengan cangkir di tangan, perlahan menyeruput apa yang tersisa di dalamnya. Potret lelahnya sebagai ibu rumah tangga?  Namun untuk penonton anak-anak rasanya sulit menangkap pesan verbal ini.
Dari segi departemen kasting, saya mencatat Widuri Putri Sasono mampu menghidupkan Ara yang kesepian. Dalam berapa adegan ketika Ara memandikan anak ayam, memebrinya rumah yang bagus di karton yang didesain dengan imajinasinya dan kemudian berkomunikasi sungguh menyentuh.