"Ada yang bisa bebas seperti Sono?" tanya Daud.
"Iya, kalau siren mau dijadikan pasangannya. Minat? Pasangan resmi akan dijadikan warga seperti Sono dan hidup bebas seperti masyarakat siren. Tapi untuk itu mereka selektif."
"Wah, kau sudah jadi jubir mereka!" celetuk Raya.
"Lah sudah diterima permintaan suaka politik," jawab Widi renyah.
Seorang remaja mengunyah buah berwarna kuning. Rasaya manis gurih. Â Rupanya dia lapar. Diikuti teman-temannya.
"Semacam sukun di tempat kalian!" kata siren yang menjadi saudara istri Sono. "Banyak karbohidratnya."
Mereka kemudian dibawa ke dalam sebuah bangunan di mana tinggal sejumlah manusia. Â Di situ ada Lusy Mulia manusia yang juga terdampar di sana. Ada Bobby Firmansyah yang juga salah satu suami siren.
"Mereka yang manusia dan anak-anak tinggal di sini. Para sirennya di bawah laut, nanti kita ke sana kalau kalian sudah berpakaian. Tenang ada gelembung yang lebih besar untuk melindungi kalian dari tekanan air," Â terang Widi. "Kau pasti ingat Sono?"
Sono mengangguk. "Ada pakaian untuk kita di dalam!"
Ada 300-an manusia di perkampungan itu mengkonsumsi buah dengan makanan laut dan ada tempat air tawar. Kebanyakan laki-laki dewasa, ya suami para siren itu. Yang anak-anak separuh manusia ada yang perempuan dan yang laki-laki. Aurora bergembira bertemu temannya.
Perkampungan tersembunyi. Karena warga di sana juga tidak ingin ditemukan. Lagipula kawasan itu melewati daerah yang  kerap dilanda badai.  Hingga jarang yang bisa mencapai. Banyak kapal terdampar.  Nah, sebagian yang terdampar ini yang jadi suami siren.