Sembilan: Di Negeri Siren
Hiyang menampakan diri berenang menyelamatkan serdadu Nusantara yang tidak terlindung siren. Â Entah berapa lama mereka berenang. Â Mahluk hijau dengan tinggi tiga meter dengan tiga tanduk itu bisa mengangkut tiga manusia sekaligus.
Di Gugusan Karang QQ, Â rombongan Raya dan Swart berpisah. Â Swart asyik bercumbu dengan siren. Begitu juga anak buahnya yang dibawa siren ke bagian lain negeri itu. Mereka tak sadar sebetulnya tawanan dalam bentuk lain.
"Kerja mereka seks, seks dan seks. Untuk itu keduanya akan dibiarkan hidup dan jadi budak seks di tempat ini," ujar seorang Siren menyambut Sono. Rupanya punggawa Ratu
Dia menampakan dirinya sebagai manusia agar Sono dan kawan-kawannya nyaman. Â Aurora memeluknya. "Bibi!"
"Apa kabar Sono!" tanya Widi yang hadir sebagai panitya sambutan. "Kalian mengeringkan pakaian dulu. Hipotermia nanti. Walau kalian bisa bernafas karena gelembung yang diberikan siren."
Mereka menelusuri pulau itu dengan tanaman yang tidak lazim ditemui di  Koloni Nusantara.
"Buahnya boleh dimakan kok, nggak beracun. Sono tahu," kata Widi.
"Ciuman maut siren," ucap Kapten Daud masih belum hilang rasa terkejutnya, kagum sekaligus takut.
"Kelihatan surga bagi mereka. Karena dilayani ribuan siren yang bisa berganti rupa perempuan sesusia selera mereka, " sahut Widi.