"Punya namanya?" Â tanya Raya mendesak.
"Kami menduga Raden Mas Slamet Widjojoatmodjo terlibat. Â Menteri Transportasi laut pemilik banyak kapal, tiga kali berturut-turut. Â Namun kami tidak punya bukti dia berhubungan dengan orang-orang asing itu. Kecuali desas-desus dia bekerja sama dengan Lanun Hitam untuk memperlancar bisnisnya," Â kata Mayor Hadi.
"Hampir nggak dipercaya kalau Mas Slamet menjadi dalangnya. Dia diam-diam menyembunyikan orang asing dari koloni planet lain untuk kepentingan tertentu. Dia pernah jadi dosen tamu di tempat aku kuliah  dulu."
"Selain itu  tangan kanannya Danurejo kerap terlihat di kota ini, termasuk sebelum hilangnya tunangan panjenengan," kata Alvin Ma."Ini baru dugaan loh, Cynthia."
 "Ya, jasanya memang besar, aku harus akui," ucap Raya.
Farid menyantap lumpia dengan lahap. Dia tidak menangkap obrolan. Tahu-tahu sudah tiga lumpia ditransfer ke perutnya. Â Zia membelai rambut bocah itu.
"Orangtuanya jadi korban karena kapal pinisi mereka diduga ditorpedo oleh suatu kekuatan asing," bisik Raya.
Alvin mengangguk. "Pajenengan juga suka lumpianya, ayo jangan basa-basi," kata Alvin dengan logat Jawa mendog.
Alvin kemudian menerangkan perkembangan kota Mahameru selama lima tahun pemerintahannya yang akan segera berakhir. Â Sementara Farid malah meninggalkan meja bermain drone pemberian Zia. Drone itu terbang tinggi ke arah timur dan sudah di atas laut.
Dia kemudian duduk di meja menggunakan tablet untuk memonitor penerbangan drone. Virtual tiga dimensi pun diperlihatkan. Â Lalu dia menunjuk iringan parasut terbang yang jumlahnya sampai dua puluhan.
"Paman Alvin, suka parasut terbang ya? Itu teman-teman Paman Alvin?" celetuknya.