Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Petualangan Manuk Dadali: Prahara di Nusantara (5, Petak Umpet di Mahameru)

4 Mei 2022   12:16 Diperbarui: 4 Mei 2022   12:22 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Memang dia punya pesawat kecil.  Dia sering kali  bolak-balik  dari Tanjung Jakarta karena punya pesawat pribadi. Biar saya ambil gambar," kata Rini. Lalu dia mengirim ke seseorang.

Keenam laki-laki itu memasuki jembatan kayu yang cukup panjang membuat mereka berada di ketinggian yang cukup memetik apel dan jeruk. Raya, Robin, Rini dan Anom, menjaga jarak agar tidak diketahui. Adanya rombongan lain membuat mereka bisa tersamar.

Jembatan ini berliku seperti angka delapan, tetapi salah satu ujungnya ke lantai dua bangunan. Di sana keenam laki-laki itu masuk. Dari jarak sekitar dua ratus meter, Raya, Robin, Rini dan Anom mengikuti dan memasuki ruangan penginapan. Tetapi di dalam keenam laki-laki itu menghilang. Di sana banyak kamar dan ruangan.

"Sampai di sini. Kita nggak bisa menggeledah. Bisa riuh nanti Kota Mahameru. Mbak Raya dan Mas Robin kembali saja ke hotel," ujar Rini.

"Kota ini tempat asyik untuk main petak umpet. Waktu kecil, marahan sama Ibu dan Bapak waktu libur di sini ngumpet dicari sehari semalam baru ketemu," ujar Raya.

"Dulunya Kak Raya keras kepala, ya" tanya Robin.

"Kalau nggak keras kepala, sudah mampus gue waktu di Bumi," ucap Raya.

                                                           

                                                                                                         *****

Raya dan rombongannya menikmati makan siang serba asparagus yang disediakan Ciciek. Mereka makan di Rooftop menikmati pemandangan Kota Mahameru. Berada pada ketinggian seribu meter tidak terlalu terik, walau tengah hari. Anginnya kencang membuat mata cepat mengantuk, terutama setelah makan.

"Di mana Dik Ciciek menanam asparagusnya?" tanya Raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun