Tiga: Bentrokan di Taman Fantasi Tanjung Jakarta
Esok, paginya Gubernur Benyamin Hamid mengundang para tamu Tanjung Jakarta untuk hadir di Taman Fantasi Tanjung Jakarta yang terletak di tepi pantai bagian Timur, kebetulan tak jauh dari Wisma Pitung. Raya akhirnya setuju untuk hadir karena kapal juga berangkat sore hari.
Pemerintah memutuskan tidak membatalkan acara, karena punya efek psikologis pada masyarakat dan yakin, mahluk itu tidak akan menyentuh Tanjung Jakarta. Apalagi  beberapa kapal Angkatan Laut sudah berpatroli di Teluk Tanjung Jakarta.
Taman Fantasi Tanjung Jakarta, memang dibuat untuk mengingatkan pada nenek moyang mereka di Bumi. Selain ada komedi putar, serta aneka wahana permainan, terdapat plaza besar dengan panggung.
Malam nanti  final pemilihan Abang-None Tanjung Jakarta. Hari ini dua ribu pengunjung mengisi kursi-kursi untuk menyaksikan penampilan 12 pasang finalis memperagakan keterampilan seni. Mereka diarak sepasang dalam satu bendi dengan kusir dan dua ekor kuda.
"Untuk apa? Kalau yang aku baca di sejarah pepustakaan Preanger fungsinya sebagai duta wisata. Ini duta wisata apa? Antar planet?" bisik Bagus pada protokuler Nola Rachmawati. "Menarik, mereka masih memakai kebaya encim, terutama yang none.
"Ah, gaya-gayaan saja. Biar berasa Jakarta seperti di Bumi. Kegiatan ini juga hanya lima tahun sekali untuk mencari protokuler Gubernur yang juga dipilih lima tahun sekali. Biasanya terpilih tiga pasang. Pesertanya untuk periode kali ini juga sedikit hanya dua pasang saja," jawab Nola.
"Siapa yang dijagokan?" timpal Raya.
"Kalau yang None, ada Maudy Sumilar, mahasiswi kedokteran Universitas Tanjung Jakarta. Itu yang bakai kebaya encim merah muda dan selendang hijau. Punya hobi petualangan dan pernah ikut kejuaraan menembak dengan paser api, nilai skornya menyamai tentara," ujar Nola menunjuk seorang None di dalam bendi.
"Di sebelahnya Erwien Kusuma, mahasiswa sejarah Bumi," timpal Kapten Daud. "Kami sengaja membuat studi ini, agar eberadaan manusia dan asal usulnya tercatat dengan baik."
"Di Titanium sejarah digabung dengan seni, budaya," kata Atep.
"Oh, ya di mana istrimu? Kanaya, Yura dan Zia?" tanya Raya kepafa Bagus.
"Ada di luar arena plaza. Purbaendah yang paling antusias. Kalau Zia hanya menemani dan ingin menghibur Farid. Kami juga punya taman bermain di Preanger Satu, hanya saja berbeda jenis wahananya," timpal Bagus.
"Menarik, kalau ada ekspedisi aku mau ikut," kata Nola antusias. "Yang dua lagi?"
"Jumhana dan Subarja pasti mengawasi junjungannya?"
"Seperti itulah. Mak Eti juga di sana. Dia baru kirim video tiga dimensinya naik coster bersama yang lain," kata Atep mempelihatkan video tiga dimensi secara virtual.
"Purbaendah girang sekali. Dia makin menjadi-jadi," kata Bagus. "Aku suka lihat eskpresi Farid sudah agak pulih duduk di samping Zia, di belakang, Purbaendah dan Mak Eti."
"Yang ambil gambar Jumhana. Subarja duduk paling belakang begitu waspada, bersama seorang tentara yang diminta Komodor Yasin mengawal mereka. Itu Kanaya dan skondan setianya Yura di depannya."
"Ada Yasmine Kurniawati, mahasiswi Rekayasa Sipil itu di bendi berikutnya. Dia akan memperagakan keterampilan silat Betawi. Dia pelestarinya. Nanti, sesudah atraksi keliling bendi. Abangnya Abdullah Rulliansyah, mahasiswa Tata Ruang Pemukiman." Nola kembali mengarahkan percakapan ke arah kegiatan event ini.
Sirih kuning Nona/ Batangnya Ijo Nona/Yang putih nuning ya Nona/yang putih kuning ya Nona/Memang sejodoh.
Di panggung, seorang penyanyi menyanyikan lagu Sirih Kuning dengan iringan musik gambang kromong.
"Hebat, di planet lain pun tradisi bisa dipelihara," puji Bagus. "Di Titanium juga, entah di koloni lain."
Video lain muncul. Purbaendah kali ini mengirim dari komedi putar dengan ketinggian 100 meter. Dia mengambil gambar dari sebelum masuk hingga mulai ketinggian.
"Gambar lain menyusul ya AA sebentar lagi di puncak," terdengar suaranya yang renyah.
"Butuh lima belas menit untuk menyelesaikan satu putaran," kata Nola.
Purbaendah tidak sabaran mengirim gambaran. Kali ini panorama Tanjung Jakarta dari atas terutama laut hingga kota.  Secara tak sengaja Purbaendah  memperlihatkan sejumlah titik  di langit sekira jumlah puluhan terbang, seperti paralayang.
Bagus mendapat firasat  buruk dia lalu memberikan pada Kapten Daud.
"Coba tanya Komodor Yasin apa ada latihan perang di laut ada paralayang atau itu bagian dari patroli menjaga serangan dari mahluk itu? Atau kegiatan masyarakat?" bisiknya.
"Kalau ada saya juga tahu. Nggak ada itu! Nggak mungkin juga masyarakat, mereka pasti minta izin. Di planet itu suka ada badai hingga nggak sembarangan main paralayang."
Komodor Yasin bangkit dari kursinya dia juga sudah diberitahu menara Tanjung Jakarta. Lalu dia pamit pada Gubernur.
"Memeriksa sesuatu," bisiknya pada Gubernur.
Komodor Jasin segera bergegas bersama dua stafnya meninggalkan plaza. Dia meminta Kapten Daud tetap di tempat bersama beberapa prajurit.
Bagus kemudian memencet sesuatu memanggil semua robot Lutung Kasarung mereka punyai. Dia pun memberitahu Letnan Robin dan Serda Reda.
Bagus mencemaskan Purbaendah dan teman-temannya masih di atas. Firasat buruknya terbukti lima menit kemudian ketika tiga puluh robot setinggi dua meter berwarna perak metalik dengan senjata paser mendarat dan mematikan roket.
Kemudian diikuti  tiga puluh manusia bertopeng dengan baju rompi yang semuanya berwarna hitam-hitam mendarat dengan parasut yang bisa ditarik masuk ke ransel otomatis.
Kegiatan Abnon berhenti. Kapten Daud meminta para tamu dan rombongan Gubernur untuk menyingkir ke belakang pasukan.
"Kejadian," kata Raya mengambil senjata high voltase dari ranselnya. Lalu dia memberikan pada Bagus dan Atep, senjata high voltase. "Aku bawakan untuk kalian. Karena sudah menduganya."
"Berhenti. Siapa kalian dan mau apa?" tanya Kapten Daud bersiaga dengan senjata peluru api walau pun sebetulnya hanya untuk seremoni dan tidak akan menduga digunakan.
"Blietzkrieg! Kami Kumpeni!," ucap salah seorang di antara yang bertopeng itu dengan bahasa Indonesia dialek Belanda.
Para robot dan tentara bertopeng itu melepaskan tembakan paser, beberapa serdadu Kapten Daud terlontar. Juga sebuah bendi terbalik terkena rodanya hingga patah. Bendi yang dinaiki Maudy Sumilar. Tetapi Maudy malah berguling mengambil senjata milik serdadu yang tergeletak di dekatnya dan langsung menembak sebuah robot bertubi-tubi hingga hancur.
"Keren, kan?" kata Nola. "Dia malah menjatuhkan korban pertama di pihak musuh."
Bagus, Atep dan Raya menembak high voltasenya dua robot terpental dengan koslet tinggi lalu meledak. Begitu juga Kapten Daud dan dua serdadu mampu menjatuhkan satu robot lagi. Para tentara lawan berlindung di balik robot-robotnya menembak dengan aman.
"Ini mah sudah serangan umum," papar Bagus. "Apa yang mereka cari di sini? Mengapa tidak bandara?"
"Mungkin juga bandara disentuh. Untung Manuk Dadali sudah dihidupkan perisainya," sahut Raya. "Tapi sasaran mereka sepertinya di sini."
Hanya beberapa menit kemudian Kanaya dan Yura sudah dengan sepedanya dan menghidupkan perisai untuk melindungi Gubernur tepat pada waktunya. Lalu balas menembak dua robot hancur sekaligus. Sementara Maudy menjatuhkan satu robot lagi sambil berlindung di balik bendi-bendi yang hancur dan berapa kuda mati. Sementara Erwien menggigil di sampingnya.
"Yang lain pada ngacir. Luh nggak takut?" terdengar suara Erwien.
"Ya, luh kenapa nggak pergi?" jawab Maudy sambil menembak dengan santai.
Pasukan asing bergerak tidak untuk membinasakan mereka tetapi menuju suatu tempat sambil menembak. Seorang serdadu tertembak kakinya. Yura segera mematikan perisainya dengan tangkas menaikan prajurit itu lalu menghidupkan lagi perisainya.
Erwien memberanikan diri mengambil senjata serdadu yang tergeletak membidikan ke arah robot yang menjauh. Kena robot itu oleng, karena tembakan kurang akurat, robot itu berbalik hendak menembak Erwien. Pada saat itu Maudy balas menembak dan robot itu terkapar. Tetapi pihak lawan menjauh.
Kapten Daud memilih mengungsikan rombongan Gubernur Benyamin dan sipil dengan enam serdadu tersisa. Empat serdadu gugur dengan tubuh terkoyak di hamparan plaza, enam lagi luka-luka.
Bantuan datang berupa Robot Ondel-ondel setinggi tiga meter mengejar robot-robot dan pasukan lawan.
"Keren pisan! Kita juga punya robot etnik yang kita tinggalkan di Bandung, Bumi dan mudah-mudahan ditemukan Dedi Cumi pada waktunya. Sama kerennya! Peninggalan orang Gedebage dulu."
Satu robot ondel-ondel menghancurkan robot lawan. Tetapi robot lawan membalas menjatuhkan robot ondel-ondel.
Maudy mengambil satu bendi tidak hancur dan bersiap mengejar.
"Jangan nekad None Maudy!" teriak Kapten Daud.
Erwien merasa tidak enak ikut naik dan mengejar dengan pakaian Abangnya. Dia diminta jadi kusir sementara Maudy menembak robot-robot yang berlari.
"Jadi seru nih!" ucap Raya. "Masa kita ketinggalan aksi!"
Pengunjung Taman Fantasi Tanjung Jakarta berlarian panik. Tentara dari peleton lain datang menggiring pengunjung menjauhi areal pertempuran.
Yura dan Kanaya juga ikut mengejar. Zia datang ke tempat itu membawa Farid, disusul Mak Eti, Purbaendah, Subarja dan Jumhana.
"Kalian di sini saja memperkuat Gubernur!" perintah Raya.
Tak lama kemudian dua robot Lutung Kasarung segera datang bersama Serda Reda. "Letnan Robin dan Made menjaga Manuk Dadali. Bagi tugas!"
Satu robot lutung kasarung mengejar dengan tangkas memanjat sebuah wahana dan menembak dari atas satu robot lawan kena. Lalu dia melompat ke tiang lain, sebelum tiang itu tekena tembakan balasan.
Sementara Kanaya berhasil mengenai seorang serdadu lawan di pahanya hingga dia terpelanting dan tertembak lagi di tangannya hingga senjatanya terlepas. Yura melapisnya menjatuhkan sebuah robot.
Sementara seorang serdadu Tanjung Jakarta berhasil menembak dua serdadu lawan melalui kontak senjata yang sengit. Dia berlindung di tempat yang cukup kuat hingga bisa menghindari tembakan.
Pasukan penyerang tampaknya menuju wahana akuarium. Mereka membunuh dua petugas dan mengambil sesuatu dari sebuah akuarium besar setelah menembak kacanya dan memasukan sejumlah ikan ke dalam lima tabung tertutup yang ditutup robot. Lalu lima robot itu terbang diikuti oleh lima belas tentara. Mereka meninggalkan  rekan-rekan mereka yang tewas dan dua yang terluka.
Satu tentara lagi terkepung bersama tiga robot oleh robot ondel-ondel dan pasukan bantuan. Robot lutung mampu menjatuhkan satu robot. Sementara robot ondel-ondel menjatuhkan robot lain. Tentara itu kemudian meletakan senjatanya setelah upayanya lari melalui sayap parasut gagal karena rusak akibat tembakan Kanaya.
Satu robot yang tersisa ditembak oleh Maudy, namun masih bisa menembakan roketnya. Maudy pun menarik Erwien bergulingan di lapangan sebelum bendi itu hancur. Namun kudanya lepas lari menjauh.
"Wah, kalau saya jadi Gubernur. Kamu langsung jadi protokolnya, " puji Komodor Yasin.
"Terluka nona?" tanya seorang perwira.
"Hanya lecet sedikit, kain ane koyak, juga kebaya kotor," jawab Maudy tenang.
Keringat Erwien bercucuran seperti mandi. Nafasnya terengah-engah. Bajunya juga kotor. Maudy pun memberikan sapu tanganya pada pasangannya itu.
Â
                                                      ***
Siang itu juga, kami dapat informasi. Yang diambil adalah ikan QQ jenis baru yang ditemukan di utara Kuantum XX. Dipamerkan untuk eksebisi sumbangan Kwik-Badillah. Hari ini juga Gudang QQ di dekat Taman Fantasi juga diserang. Lagi-lagi merampok Ikan QQ.Â
Pelaku hidup yang tertangkap utuh maupun yang terluka mengaku dari Planet 18 di Galaxy Andromeda yang dihuni oleh koloni dari orang-orang Eropa dan Amerika. Tapi mereka bukan koloni utama.Â
Koloni itu punya komunikasi yang canggih dan robot merupakan salah satu yang paling tua dari ekspedisi manusia dari Bumi dan berangkat dari korporasi secara rahasia, yang disebut kumpeni, Vereenigde Galaxy Compagnie (VGC). Â Mmh, mengingatkan saya pada VOC dalam sejarah Bumi. Pasti mereka keturunan orang Belanda. Hanya saja tidak resmi, tetapi sekumpulan petualang. Tepatnya sekumpulan perompak.Â
Yang paling tua? Mereka bilang dari Jerman penganut Nazi yang juga bersembunyi di salah satu planet di Galaxy Andromeda.
Bagus bilang itu sebabnya Hiyang memaksa pionir untuk merahasikan kehadiran manusia di Titanium, karena cukup sumber daya alam melebihi Bumi. Sayangnya Kuantum XX, Kuantum X dan empat planet lain sudah terbuka.Â
Masa angkasa ini yang diperebutkan bukan uang, emas, intan, tetapi energi dan sumber daya hidup. Kelompok ini ingin menukar QQ Â dan sesuatu yang masih dirahasikan komandannya dengan sesuatu di koloni manusia lain yang dipunyai Nazi. Itu informasi rahasia.
Pertempuran tadi membuat delapan tentara Nusantara gugur, tujuh luka-luka, empat robot Ondel-ondel hancur. Pihak lawan enam serdadu tewas, tiga serdadu luka-luka  bersama satu serdadu tertawan hidup. Selain itu lima belas robot drone hancur.
Catatan 24 April 2445 Waktu Bumi.
"Kak Kanaya, Kita bersiap ke kapal Pati Unus!" suara Yura menggelegar dan Kanaya pun bergegas menyambar ranselnya.
Â
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H