Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pangandaran Masa Hindia Belanda: Menciptakan Wisata Alam

4 Maret 2022   15:13 Diperbarui: 5 Maret 2022   01:00 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada sebuah pesanggrahan yang baik di Semenanjung Penanjung, sebuah tanah genting yang berbatasan dengan Teluk Dirk de Vries dan Teluk Maurits. Pangandaran beberapa gua kapur yang mempersona  dan pemandian laut yang baik,"  ujar Reisma

Dalam tulisan lain  yang dimuat dalam "Zwerftochten door Indie" terbitan 1941  Reisma menceritakan perjalanan berikutnya ke Pangandaran dengan menggunakan kereta api dari Banjar ke Parigi.  Dia menyaksikan rumah panggung nelayan di Kalipucang  dan melewati panorama bebatuan dekat pantai.

Semenanjung pegunungan Pangandaran berhutan lebat dan dinyatakan sebagai monumen alam dan rumah bagi para banteng.  Semenanjung ini terhubung ke daratan oleh sebidang tanah berpasir yang sempit, di mana para insinyur kereta api mendirikan gedung dari kayu .

Teluk Dirk de Vries (salah satu bagian dari pantai Pangandaran masa itu) terletak seratus meter di depan galeri akomodasi tamu. Seratus meter di belakang  pesanggrahan, Samudra Hindia mendorong ombaknya di sepanjang tanjung ke Teluk Maurits..

"Anda bisa mandi di kedua sisi pasanggrahan dan membiarkan ombak besar menghantam pasir putih.  Di Pangandaran ombak menghempas bebatuan. Betapa indahnya, dari pasanggrahan untuk melihat ombak besar yang melaju kencang, tidak pernah berakhir, ke pantai selatan Jawa, sementara  di luar terdapat hutan bakau dan pegunungan yang  menjulang," paparnya.

Para pelancong bisa menikmati matahari terbit dalam nuansa lembut dari Teluk Maurits pada  pagi hari dan melihatnya terbenam dalam warna-warna cerah di malam hari. Reisma menyatakan kawasan ini seperti surga bahkan di atas Biarritz (kota pantai di Prancis waktu itu).

Reisma mengatakan, para pelacong  membeli hasil tangkapan nelayan berupa cumi-cumi dan hiu martil kecil  Tidak ada radio dan surat kabar, tetapi mereka menyatu dengan alam dan sangat bahagia.  Di Pangandaran, kadang rusa turun dan bermain dengan bayangan mereka di pantai, tetapi tiba-tiba menghilang saat para nelayan bergerak hampir tanpa suara ke perahu mereka

Pada  1922, Residen Priangan  August Johan Herman Eijken (menjabat pada 1921--1925) menjadikan  Pananjung sebagai  taman baru, pada saat melepaskan seekor banteng jantan, tiga ekor sapi betina dan beberapa ekor rusa.

"Preanger Bode" 25 Mei 1922  memberitakan perjalanan Residen Priangan dengan sejumlah pejabat ke Pangandaran melalui kereta api.  Rombongan bermalam di Pesanggarahan bernama Wee Wee untuk kemudian ke Cilacap dengan kapal motor, untuk kembali ke Pangandaran.   Berita itu menyebutkan rencana membuat semacam taman satwa di tanah genting Pananjung. Eyken membeli tanah pertanian di Pananjung, Pangandaran, kemudian memindahkan penduduknya untuk memudahkan rencananya.

Nalurinya benar. Adanya suaka margasatwa itu menjadikan Pangandaran  menarik untuk dikunjungi, terutama mereka yang menyuakai wisata alam. "Preanger Bode" edisi 9 Desember 1922 memuat pemberitahuan  rencana sebuah komunitas wisata  alam akan melakukan tamasya ke semenanjung Pananjung dan Pangadaran saat Natal itu.

Selanjutnya daerah tersebut dikelola sebagai daerah perburuan pada 1931. Masih belum dipahami kebijakan apa yang mendorong tempat yang tadinya  jadi habitat hewan yang nyaman, menjadi tempat perburuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun