Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Cerita Pelaku UKM di Kepulauan Seribu dan JNE

12 Desember 2021   16:19 Diperbarui: 12 Desember 2021   16:31 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-foto: www.jne.co.id

Suku Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Sudin PPKUKM) Kepulauan Seribu mencatat, hingga Desember 2020 terdapat memiliki 1.673 IKM dan UKM binaan, terdiri dari 410 Industri Kecil Menengah (IKM) yang dilakukan pembinaannya sejak 2015 lalu, dan 1.263 Usaha Kecil Menengah (UKM).

Unit usaha paling banyak dijalani warga Kepulauan Seribu mulai dari pengolahan makanan ringan, pengolahan makanan hasil laut, pembuatan berbagai produk makanan berbahan dasar hasil laut, usaha kuliner dan restoran.

Tantangan yang dihadapi para pelaku UKM ini semakin besar. Kebanyakan dari mereka mengandalkan wisatawan dari Jakarta yang singgah ke pulau mereka.  Baru belakangan ini terutama setelah terjadinya pandemi, mereka mencoba kemungkinan lain memperluas ekspansi pasar ke seberang laut.

Salah seorang di antara pelaku UKM, terdapat nama  Indayanti (57 tahun) yang bermukim di Pulau Untung Jawa.  Sejak 2010, Inda mengelola keripik sukun  meneruskan usaha almarhum neneknya, Hj. Kurdi. Dulu di pulau Untung Jawa banyak pohon sukun. Sayangnya  belum ada yang bisa olah.

"Nenek saya orang pertama yang membuat keripik sukun. Seiring berjalan waktu mulai banyak yang ikut produksi," ungkap ibu dari 3 anak dan nenek satu cucu dalam sebuah wawancara dengan Whatsapp, 30 November 2021 kepada saya sebagai jurnalis majalah peluang online.

Inda menjual produknya dengan harga per pcs (100gr) Rp12.000.  Keripiknya memiliki 5 varian rasa original, balado, jagung bakar, keju, BBQ, selain rasa original.   Diperkuat dengan tiga karyawan tetap Inda memproduksi berdasarkan ada pesenan dengan  3 karyawan tetap.

Untuk buah sukun 2x musim dalam 1 tahun, 1 x musim biasanya kira-kira kami bisa produksi paling banyak sampai 1.000 lebih pcs. Omzet rata-rata  1x musim itu  Rp12 juta (sebelum pandemi). Namun sewaktu pandemi omzet itu terganggu, namun masih bisa jalan karena adanya penjualan secara daring.

Berkat, jasa perusahaan ekspedisi JNE, Inda mampu melayani pemesan yang tidak saja berasal dari Jakarta, tetapi  Bandung, Jawa Barat, Medan, Sumatera Utara, Bangka Belitung, Bengkulu, Yogyakarta, hingga Madiun di Jawa Timur.  

Dia mengaku juga dibantu oleh program Jakpreneur  sejak 2019 yang memberikannya akses pelatihan tentang pemasaran, packaging dan sebagainya. Dan juga terkadang bisa dapat bantuan modal.

Apa yang dialami Ibu Inda, membuktikan bahwa untuk memberdayakan UKM perlu kolaborasi berbagai pihak. Selain ekosistem digital sudah merupakan keniscayaan bagi semua pelaku usaha, bahkan sampai tingkat mikro sekalipun, juga diperlukan jasa ekspedisi yang mumpuni.

Ilustrasi-foto: www.jne.co.id
Ilustrasi-foto: www.jne.co.id

Untuk menjembatani kebutuhan stakeholders (konsumen, marketplace, fintech, dan sebagainya) inilah JNE hadir, termasuk di Kepulauan Seribu. Pada 7 Oktober 2021 JNE membuka  Sales Counter di Pulau Pramuka, yang diresmikan pada 7 Oktober 2021 lalu.

Presiden Direktur JNE Mohamas Feriadi  tidak ingin melihat ada sejengkal pun jaringan yang ada di tanah air kita yang tidak terjangkau oleh JNE. Kehadiran JNE di Kepulauan Seribu, tentu kami melihat adanya fenomena teknologi yang berkembang sedemikian rupa.

Menurut Feridadi Pulau Pramuka merupakan salah satu pulau yang memiliki potensi ekonomi kreatif, pariwisata dan konservasi alam di Kepulauan Seribu dengan luas 16 hektare dan jumlah penduduk mencapai 2.000 orang.

"Langkah ini merupakan salah satu wujud pengembangan infrastruktur yang berorientasi pada excellence service secara bertahap di wilayah Jakarta dan Kepulauan Seribu," ujar Feriadi,

Hadirnya kantor ini menjadi salah satu bentuk dukungan JNE terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan ekonomi kreatif yang dari waktu ke waktu meningkat kebutuhannya akan distribusi barang.

Pulau Sebira Perlu Agen Ekspedisi

Sayangnya, tidak semua pelaku UKM, terutama usaha miro  yang mempunyai keberuntungan seperti rekan-rekannya di pulau Pramuka, Pulau Panggang atau Pulau Untung Jawa.  Dan tidak perlu jauh-jauh untuk mengetahui bagaimana usaha mikro harus berjuang di pulau terluar atau pulau terpencil.

Di Kepulauan Seribu juga ada contoh seperti itu,  wilayah yang ada menjadi bagian Ibu Kota. Pulau Sebira misalnya, jangankan ada kantor atau agen  usaha ekspedisi, internet pun kadang hilang.

Pulau seluas sekitar 8,82 hektar ini terletak paling luar dan terjauh di bagian utara Kepulauan Seribu. Pulau yang kni berpenduduk sekitar 506 jiwa  pada masa Penjajahan Belanda mendapat julukan sebagai Noord Wachter alias Jaga Utara, karena sejak zaman Belanda pulau ini digunakan untuk menandai adanya daratan, sehingga dibangunlah mercusuar atau menara suar jaga utara, satu-satunya mercusuar di Kepulauan Seribu Jakarta.

Di antara para pelaku usaha mikro olahan ikan  yang ada di pulau ini adalah Ibu Sumila dari keluara nelayan.  Suaminya menjadi nelayan sejak usia 15 thn dan perempuan kelahiran 13 Februari 1984 ini  jadi pengasin ikan utuh sejak 2010 dan awalnya bergabung dengan satu kelompok terdiri sepuluh ibu yang berprofesi yang sama.

"Dulu saya pengasin ikan utuh ,ikan selar asli direndam semalam dan besoknya baru dijemur dengan pasarannya sampai ke Bogor dan Lampung," ujar perempuan yang hanya tamat SMP ini dalam sebuah wawancara melalui Whatsapp, 11 Desember 2021.

Sumila kemudian memutuskan mandiri pada 2015 dan memproduksi ikan asin belah dengan kemasan serta kerupuk ikan yang sama dalam kemasan. Untuk ikan belah tergantung besar kecilnya ikan kalau ikannya besar satu kemasan plastik diisi sekitar 12 biji dan kalau ikannya kecil kadang 14 ekor dengan harga jual per kemasan Rp10 ribu.

"Untuk pemasaran kita ada yang dari wisatawan yang ke pulau untuk oleh-oleh dan ada juga yang dari Jakarta pesan dititip di Kapal Dishub," imbuh Sumila.

Menurut Sumila  tidak ada kantor ekspedisi JNE bahkan jasa kurir manapun  di Pulau Sebira. Hanya pembeli langsung atau pesanan saja dan dititip kapal yang ke Jakarta.  Kondisi ini membuat pemasaran masif secara daring (online) belum memungkinkan. Sinyal internet pun kadang hilang.

Kapal Dishub kalau cuaca bagus masih lancar  rutin datang tiga kali seminggu, yaitu Senin, Rabu dan Sabtu. Tapi kalau cuaca buruk, tutur Sumila, kapal tidak sampai ke Sabira. Jadi untuk memuat barang sembako ke pulau atau sebaliknya mengirim produk masih mengandalkan perahu nelayan  ke Jakarta.

"Kami pelaku UKM membutuhkan kantor ekspedisi di sini, tidak saja untuk memperluas pasar pelaku usaha seperti kami, tetapi juga mendapatkan kebutuhan. Padahal ke depan saya ingin lebih memperbesar jangkauan jual kerupuk ikan dan ikan asin belah," ungkapnya.

Begitu juga dengan sinyal internet juga perlu ditingkatkan. Perempuan yang akan melanjutkan pendidikan dengan paket C ini mengaku juga mencari penghasilan tambahan dengan berdagangan secara daring. Itu artinya warga setempat membutuhkan jaringan internet yang lebih stabil.

Pulau yang terujung di Kepulauan Seribu dan sudah dekat ke Sumatera ini juga punya potensi wisata, selain UKM yang didominasi olahan ikan, yaitu wisata. Selain terdapat spot yang bagus untuk snorkeling, terdapat lokasi penangkaran penyu.

Kalau jaringan internet diperluas, adaya kantor ekspedisi, serta akses transportasi maka perkembangan pelaku usaha terutama mikro ini bisa dipercepat, termasuk promosi di  media sosial dan itu mendorong kreativitas pelaku usaha sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga. Tentunya juga akses permodalan.

Irvan Sjafari

Referensi:

www.jne.co.id

www.exploreseribu.com

pulauseribu.jakarta.go.id

pulauseribu.jakarta.go.id

ekonomi.bisnis.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun