"Kami punya impian kalau ada Kentucky, McDonal, mengapa tidak ada Bakmi Yogya? Kalau dulu orang membeli Bakmi Yogya (Bakmi Jogja) harus mengantri, Â kini Bakmi Yogya bisa dikemas, dinikmati baik anak muda hingga orangtua, lazimnya menikmati mi instan."
Itu semangat yang ada dalam dada seorang Raden Ngt Bintari Saptanti, pemilik brand Bakmi Sundoro. Warga Jatisari, Mijen, Semarang ini mampu mengemas baik bakmi ghadog, maupun bakmi goreng yang lazim ditemui di Yogyakarta dalam kemasan kering seperti mi instan branded, maupun mi basah yang harus disimpan dalam frozen, lengkap dengan bumbunya.
Saya sudah mencoba bagaimana memasak bami gadhog maupun bakmi goreng sesuai dengan petunjuknya, yaitu dengan menumis bumbu dasarnya dengan minyak goreng, mencampurnya dengan telur baru dimasukkan minya.Â
Sekalipun tidak 100% seperti mi gadhong kaki lima yang dimasak di anglo, tetapi 80% persis. Mungkin karena dimasaknya di atas wajan dengan kompor gas bukan dengan anglo dan cara meracik orang awam tetap berbeda dibanding pelaku usaha mi gadhog,
Bukan saya sendiri. Nurdi, 52 tahun seorang kawan sekantor saya memberi testimoni yang sama. Warga Gunungkidul ini menyebutkan hal senada.
"Kalau tujuannya agar mi ini bisa dinimati orang yang kangen dengan mi gadhog atau mi goreng Yogya di daerah yang sulit mengakses kuliner ini atau di luar negeri, maka dia berhasil," ucap Nurdi dan saya serempak.
Menurut Tanti, demikian nama panggilannya Bakmi Sundoro bermula dari sebuah usaha rumah makan yang didirikan untuk anak tertuanya yang menolak untuk kuliah dan menjadi koki. Â Dia membuka gerai pertama pada 2019.
"Mulanya kami menggunakan mi kulakan, namun kemudian suami saya mengusulkan agar menggunakan mi buatan sendiri. Â Ternyata para pelanggan suka. Saya memang tidak suka menghidangkan mi instan untuk keluarga, lebih suka mi buatan sendiri yang saya anggap lebih sehat. Kebetulan saya bisa membuat mi sendiri," kata perempuan yang hobi memasak ini.
Pelanggannya kemudian memberikan ide bagaimana kalau ingin membawa pulang atau ke luar kota? Kalau mi gadhog memang sulit dibawa pulang dan dihidangkan harus panas. Â Bahkan pelanggan ingin membawa bakmi dengan bumbunya akhirnya tercetus ide bakmi kemasan ini.
Atas usul suaminya, segera Tanti mengurus semua persyaratan seperti izin BPOM hingga sertifikat halal. Tidak tanggung-tangggung dia menyewa influencer untuk mempromosikan produknya.