Ternyata mendapat respon luar biasa. Banyak pemesan dari daring,  Tanti  memasarkan dengan jasa e-commerce dan bisnis ini ternyata tahan pandemi dibandingkan berjualan secara fisik. Omzetnya meningkat 100 persen.  Dari empat karyawan, Tanti kini menerap tenaga 30 orang, menggunakan bahan baku lokal, zero waste atau tidak menghasilkan limbah. Yang terpenting memberdayakan ekonomi lokal di sekitar tempat tinggalnya.
"Nama Sundoro sendiri diambil dari nama Sri Sultan Hamngkubuwonno II, yaitu Raden Sundoro. Di mana saya keturunan keenam dari beliau," ucap perempuan kelahiran Semarang, 29 Oktober 1978 ini.
Sejak April 2021, Bakmi Sundoro meluncurkan bakmi kering  untuk pelanggan yang terkendala jarak.  Pasalnya bakmi basah frozen hanya tahan tiga hari dalam suhu ruangan dan enam bulan dalam frozen.
"Pembeli kami juga datang dari orang Indonesia yang tinggal di Belanda, Osaka, Australia. Mereka tidak saja  membeli produk kami, tetapi juga menjadi reseller kami. Kami bisa masuk supermarket, di Jakarta kami ada di Total Buah, Galael, Kami sedang siapkan PO untuk Alfa Midi DIY dan Yogyakarta kira-kira 300 toko," ungkap Tanti.
Lanjut Tanti, Â omzet rata-rata per bulan lumayan, April hingga Agusus terjual hampir Rp100-200 juta per bulan, total Rp1,6 miliar. 30 karyawan. Â Saat ini ekspor, katanya bukan target, tetapi bonus.
"Target kami toko ritel di Indonesia. Kami pelajari ada 5.000 Â toko ritel di Indonesia. Kami hanya ingin ada 3.000 toko ritel seluruh Indonesia, supaya kuliner lokal tidak kalah bersaing dengan produk luar negeri," ujar dia yang ingin mengajak siapaun yang terdampak pandemi untuk berusaha menjadi mitranya.
Irvan Sjafari
(Sebagian besar bahan tulisan ini, hasil wawancara saya dengan WA dan  pernah tulis muat  di Majalahpeluang online edisi 30 Agustus 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H