Waktu saya berbincang-bincang dengan Ketua Gabungan Perusahaan Bioskop Indonesia (GBPSI) Djonny Syafruddin sekitar 2018 juga menyebutkan kalau mau buat film sejarah, buatlah yang jagoan Indonesia menang.Â
Selain itu tentu saja karena jumlah bioskop di Indonesia kurang, terutama daerah di mana justru basis penonton film Indonesia. Sekalipun kemungkinan horor dan drama romantis tetap paling dicari. Tetapi film Hollywood pasti keok di wilayah ini.
Sebagai catatan, film bersetting sejarah, yang tidak kolosal, tetapi diangkat dari karya novel Pramudya Ananta Toer, "Bumi Manusia" pada 2019 toh sukses meraup 1,3 juta penonton. Nah, itu lain lagi cerita, iya anak muda banyak yang tahu Pram dan buku itu, tetapi faktor Iqbaal Ramadhan yang sudah melesat dengan "Dilan 1990", tidak bisa disangkal. Coba, kalau yang memerankan aktor lain? Tentunya juga pesona Mawar Eva De Jongh. Â
Oh, ya "Dilan 1990 "juga film sejarah loh, karena bercerita tentang masa yang hampir 20 tahun lalu. Dan laku dan dua sekuelnya juga menempati nomor satu.  Film bersetting sejarah, tetapi kalau romantis disukai oleh mayoritas penonton anak muda dan itu seperti juga dikatakan Djonny Syafrudin  selalu berulang, seperti film Sophan Shopian dan Widyawati, juga Rano Karno dan Yessy Gusman, Dian Sastro dan Nicholas.
Tokoh dan Peristiwa Sejarah yang Indonesianya Menang
Mengapa nggak dicoba mengangkat kisah perlawanan Untung Surapati sekitar 1680-an, di mana nilai edukasi anti penjajahan dapat, kolosal dapat, laga juga dapat, Â romantisme dapat dan nggak ada fiksinya. Untung itu ketika melawan masih muda, punya kekasih Suzzane yang orang Belanda, lalu Raden Gusik, seorang bangsawan Kesultanan Cirebon,.
Indonesia menang di sini, pasukan Kuffeler dibantai karena lancang terhadap Pangeran Purbaya, pejuang Banten yang menyerah, pasukan Tack dibantai pada Februari 1686 den menjadi catatan sejarah kolonialisme Belanda. Â Untung baru bisa ditaklukan dua puluh tahun sesudah itu setelah sempat mendirikan kerajaan di Pasuruan. Â Dia gugur dalam pertempuran, tanpa pernah tertangkap.
Tokoh pahlawan lainnya yang menang atas VOC adalah Sultan Nuku dari Tidore. Dia memimpin pasukan menaklukan VOC di laut pada 1797 dan 1799. Â Nuku berhasil menyatukan Tidore dan Ternate melawan VOC. Â Mengapa tidak dipopulerkan? Kalau diangkat ke layar lebar, pasti kolosal. Tinggal dicari unsur drama romantisnya.
Selain itu tidak semua pertempuran Indonesia kalah lawan Belanda di era kolonialisme. Serangan pertama Belanda  ke Aceh pada April 1873 berakhir dengan kekalahan telak, Jenderal Kohler tewas bersama sekitar 50 serdadu dan 450 luka-luka dari 3.000 pasukan Belanda, seperenamnya. Awal semangat juang orang Aceh yang tak kenal padam. Saya kira Tjut Nyak Dhien populer karena hal ini, jiwanya tak terkalahkan, dia tertangkap karena Pang Laot kasihan pada kondisi Tjut Nyak  yang makin rapuh dan mundur kesehatannya. Â
Perang Jagaraga II di Bali pada 1848, Belanda gagal total, angkanya saya hafal  248 serdadunya tewas termasuk 16 perwira. Jumlah yang sangat besar dari segi kualitas, karena kebanyakan orang Eropanya yang jadi korban. Tentara Belanda mundur sebagai pecundang. Betapa gagah beraninya orang Bali bertempur bisa digambarkan di film itu.  Â
Patimura pernah mengalahkan pasukan Belanda di benteng Durstede pada Mei 1817 dan menggagalkan beberapa kali ekspedisi Belanda dengan korban ratusan tentara. Maluku juga mencatatkan Martha Christina Tihahu berusia belasan tahun melawan Belanda.