Catatan lain, terkait motif ekonomi, Residen Padang dijabat oleh James Du Puy menyodorkan dokumen perjanjian kontrak kepada para pemuka adat. Salah satu isi perjanjian itu adalah agar "Pemimpin-pemimpin rakyat harus menjalankan lagi peraturan-peraturan mengenai penjualan candu (amfioempacht) dan untuk ini mereka mendapat bayaran uang.
Saya tidak akan masuk ke pembahasan gerakan pemurnian agama, yang sudah banyak dibahas oleh sejarawan dalam dan luar negeri, Â tetapi ingin membahas aspek militernya. Bagaimana ceritanya Kaum Padri bisa bertahan menghadapi ekspansi militer Belanda yang secara teknologi lebih unggul.
Bagaimana  Kaum Adat yang semula bersekutu melawan Belanda menyadari tindakannya bersekutu mengundang penjajahan  pada 1833. Bagaimana gabungan Kaum Padri dan Kaum Adat membuat kerugian besar bagi Belanda?
Satu hal yang menarik kedua belah pihak menggunakan sama-sama menggunakan benteng untuk pertahanan dan basis menyerang. Â Belanda menggunakan siasat Benteng Stelsel ini sejak 1827 ketika menghadapi perlawanan Diponegoro di Tanah Jawa.Â
Secara garis besar strategi perang ini adalah pada setiap kawasan yang sudah berhasil dikuasai Belanda, dibangun benteng pertahanan atau kubu pertahanan, kemudian dari masing kubu pertahanan tersebut dibangun infrastruktur penghubung seperti jalan atau jembatan.
Di Ranah Minang, Belanda menghadapi tangguhnya Kaum Padri dengan  benteng-benteng pertahanan yang sebangun dengan benteng yang dibangun orang Eropa. Kaum Padri lebih menguasai medan dan mereka juga mempunyai persenjataan meriam, serta paham tentang jalur-jalur logistik untuk pertahanan.
Selain Perang Diponegoro (1825-1830), Perang Padri peperangan yang menghabiskan anggaran pemerintah Hindia Belanda sangat berlarut-larut, tetapi biaya pembangunan infrastruktur benteng hingga persenjataan begitu besar.
Catatan lain pimpinan-pimpinan utama Kaum Padri di bidang militer adalah Tuanku Nan Renceh, Tuanku Pasaman, Tuanku Rao hingga kemudian digantikan Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Imam Tambusai. Â Di antara mereka ini, tidak satu pun yang menyerah kalah, kalau tidak gugur di medan juang, ya, ditangkap dengan cara licik.Â
Sementara Belanda juga mempunyai jago militer, seperti Letkol Raaf, Letkol Krieger, Letkol Bauer, Mayor de Bus, Kolonerl Stuers dan Mayjen Chocius dan sejumlah perwira lain yang punya pengalaman dalam Perang di Eropa hingga Perang Diponegoro.Â
Sejumlah perwira dan komandan militer Belanda juga tewas dalam perang adu benteng ini.Â
1821-1825 Babak PertamaÂ