Mahasiswa Bergerak
Ketika keadaan ekonomi makin memburuk akhirnya  mahasiswa mulai bergerak.Pada 8 Januari 1966 satu delegasi yang tergabung dalam Presidium Front Pemuda mendatangi Sekretariat Negara dan bertemu Wakil PM III Chaerul Saleh dan para pemuda tidak membenarkan kebijakan keuangan dan ekonomi pemerintah (Pikiran Rakjat, 11 Januari 1966). Berapa hari Kemudian KAMI menuntut dicabutnya semua keputusan kenaikan seluruh harga (Pikiran Rakjat, 12 Januari 1966).
![Ilustrasi-Foto: Merdeka.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/10/19/tritura-senjata-mahasiswa-gulingkan-presiden-soekarno-5f8d9db61901df74765b5322.jpg?t=o&v=555)
Organisasi-organisasi yang turut serta dalam demonstrasi tersebut antara lain Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), dan lainnya.
Pada saat bersamaan, KAMI bersama Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menggelar sebuah seminar mengenai masalah ekonomi yang dihadapi Indonesia yang dihadiri juga oleh Mayjen Soeharto, Jenderal Nasution, Sjarif Thayeb, Sultan Hamengkubuwono IX, Subchan ZE dan Adam Malik. Seminar ini bersamaan dengan demonstrasi Tritura. Soeharto memuji demonstrasi ini sebagai kontrol sosial.
KAMI Bandung merupakan yang paling radikal, sebab di sana pengaruh aktivis PSI yang paling kuat, terutama dari mereka yang memimpin pernah terlibat peristiwa 10 Mei 1963. Berbeda dengan tokoh KAMI di Jakarta, mereka tahu persis tujuan mereka yaitu menurunkan Soekarno. Selain itu tokoh-tokoh mahasiswa banyak dilindungi perwira Siliwangi (Sundhaussen, 1986: halaman 398).
KAMI Bandung berdiri pada 1 November 1965, hanya selang beberapa hari dengan terbentuknya KAMI di Jakarta. Rapat pembentukannya mengambil tempat di Margasiswa PMKRI Jalan Merdeka 9 Bandung. Mengikuti pola KAMI Pusat, organisasi ini juga dipimpin oleh satu Presidium. Pertama kali, Presidium terdiri dari Majedi Sjah (PMII), RAF Mully (PMKRI), Rohali Sani (Somal), Daim A. Rachim (Mapancas), yang didampingi para sekretaris Ta'lam Tachja (HMI) dan Mansur Tuakia (IMM).
Pembentukan KAMI Bandung diikuti oleh pembentukan KAMI di ITB. Tetapi dalam perjalanan kegiatannya, seperti yang digambarkan Hasjrul Moechtar, aksi-aksi KAMI Bandung sampai Desember 1965 tidak mampu menggambarkan potensi yang sebenarnya dari mahasiswa Bandung.
Para pimpinan KAMI Bandung, sejalan dengan pikiran Menteri PTIP Sjarif Thajeb, berpikir terlalu formal organisatoris, bahwa hanya mahasiswa-mahasiswa organisasi ekstra, terutama yang punya induk politik, yang mampu menggerakkan mahasiswa --sesuai kepentingan politik faktual saat itu-- untuk menghadapi PKI.
Padahal pada beberapa perguruan tinggi terkemuka di Bandung, khususnya di ITB, merupakan fakta bahwa organisasi intra lebih populer dan lebih mewakili keseluruhan mahasiswa dibandingkan dengan organisasi ekstra universiter. Faktanya, "walaupun sama-sama anti PKI, Dewan-dewan Mahasiswa tidak merasa perlu untuk menggerakkan mahasiswa di kampusnya mengikuti aksi-aksi KAMI". Di mata Dewan-dewan Mahasiswa, kehadiran KAMI tak lebih dari sekedar perubahan wajah saja dari PPMI minus CGMI, GMNI-Asu, Perhimi dan Germindo.
Dengan penilaian atas KAMI seperti itu, maka 24 November 1965, Dewan-dewan Mahasiswa maupun Senat-senat Mahasiswa dari 20 perguruan tinggi se Bandung sepakat membentuk Kesatuan Organisasi Mahasiswa Intra Universiter Indonesia (KOMII), yang sekaligus juga menjadi pengganti MMI yang mereka tak percayai lagi. Ketua Umum pertama KOMII adalah Rachmat Witoelar dari ITB. Rachmat yang saat itu adalah Ketua Umum DM-ITB dianggap mewakili wajah kampus ITB yang betul-betul a-politis.