Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Guru Minda (5)

17 September 2020   11:34 Diperbarui: 17 September 2020   11:45 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para pengawal turun dan membantu mengangkut berapa karung.   Aku kemudian menyalakan kompor kecil dan memanaskan lima kotak makanan siap saja dan membangikan kepada Purbasari dan tiga pengawalnya. Mulanya mereka ragu, tetapi mereka menyantapnya. 

Siang itu juga aku salat di dekat pesawat. Purbasari dan tiga pengawal tidak bertanya dan membiarkan saja. Mereka paham.

"Kita istirahat ini menjelang sore," kata Purbasari. "Kuda-kuda mulai lelah."

Aku tersenyum. "Pakai kendaraan Dewa," sahut aku,

Lalu aku mengeluarkan Jip Terbang dari pesawat.  Purbasari dan tiga pengawal takjub. Mereka kemudian memindahkan dus-dus dan kotak perbekalan dan benih padi ke bagasi jip. Aku menyetel autopilot ke cupu Mandalayu. Jip terbang pun melesat. 

"Kita seperti burung!" gumam dia.

Jip melayang dengan ketinggian tiga ratus meter di atas tanah melintasi daerah tak berpenduduk. Masih ada harimau berkeliaran.   Tampak dari atas mengejar seekor kancil dari sela-sela pohon. Dapat. 

Jip terbang tidak berbunyi. Kompas memberi tahu ada patroli, maka aku meninggikan jip dan patroli tampak kecil tidak menyadari ada yang melayang di atas mereka. 

Kurang dari satu jam tiba di dusun. Tampak utuh. Warga desa menyambut dengan takjub. Bibit dan berbekalan segera dikeluarkan.

"Purbararang sudah tahu soal penyergapan itu. Tetapi mereka mementingkan serangan ke arah Barat.  Ada perlawanan lagi di sana. Telik sandi cerita orang Kabandung ada yang punya senjata seperti Kakanda Guru Minda," ujar Purbaleuwih.

"Kita belum dianggap ancaman?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun