Saya lihat yang tetap sama dari penyanyi kelahiran Bandung 9 Juni 1991, dari ketika dia menarik perhatian saya untuk jadi penggemarnya sejak 2013, ialah ialah tetap ceria menyanyi dan (mudah-mudahan terus) rendah hati. Ini catatan pertama.
Kedua, Yura mampu menyuguhkan lagu yang easy listening, tidak ribet terdengarnya dan punya cita rasa global. Sebetulnya bukan lagu pertama yang dia ciptakan berbahasa Inggris, sebelumnya Yura juga menghadirkan "Get Along With You" (2014). Â Bahkan lagu berbahasa Sunda pun "Kataji" dibuatnya bernuansa Broadway.
Dalam membuat video klip yang menarik Yura juga tidak mengumbar seksualitas, sekalipun menurut saya dia sudah punya sensualitas sendiri justru lewat keramahan dan tutur katanya. Mode rambutnya juga berganti agar penggemarnya tidak bosan, boleh jadi bagian dari kecerdikannya.
Pendidikan Formal
Mungkin jalannya setapak demi setapak, tetapi terus bertahan. Ada penyanyi lain yang polanya sebangun seperti Yura adalah Andien Aisyah, bahkan sudah eksis sejak umur 15 tahun, tetap kreatif di tengah pandemi.
Mungkin karena dia baru melahirkan anak keduanya, kiprahnya masih terbatas. Tetapi tahun ini dia sudah merilis single baru, "Jendela Waktu". Â 20 tahun bertahan, luar biasa. Saya juga menggemarinya.
Kedua penyanyi sekalipun pop, tetapi mereka punya nuansa jazz yang menjadi kekuatan lain dan musik ini tidak sembarangan bisa dilakoni para penyanyi dan membuka kemampuan untuk berimprovisasi.
Komunitas jazz seperti tempat menempa para penyanyi mengasah kemampuannya. Itu sebabnya Yura, walaupun gagal di sebuah ajang pencarian bakat, tetapi almarhum Glenn Fredly sudah mencium bakatnya dan mengasahnya.
Satu lagi penyanyi yang saya amati bakal muncul ialah dari Bandung, Tiara Putri Effendy, yang juga dari pola yang sebangun. Tidak abai pendidikan formal, yaitu Fikom Unpad juga, dan mengenyam musik jazz dengan baik.Â
Setelah muncul dengan "Wahai Tuhan", Tiara muncul dengan "Merona Merah", single yang tak kalah manisnya. Â