Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Oh La La, Yura "Hoolala"

13 Agustus 2020   22:15 Diperbarui: 15 Agustus 2020   15:21 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 tidak menghalangi kreativitas Yura Yunita untuk menunjukan eksistensinya. Pada akhir Juli lalu, dia merilis bertajuk "Hoolaola".

Single pertama untuk 2020 ini didukung oleh sentuhan tangan dingin produser handal Dipha Barus, setelah melalui perjalanan panjang. Ketika lagu ini keluar, saya hanya bisa berucap, "O La la, Yura nggak habis kreativitasnya."

Pesan lagu ini pas dengan pandemi, yang disebutnya sebagai sebagai "perayaan mensyukuri ketidaksempurnaan". Dalam jumpa pers virtual pada 3 Agustus lalu, Yura mengatakan terkait penciptaan lagu, dia terkesan pada kata hoolala untuk hook, tapi setelah dia searching di Google dalam Bahasa Hawaii berarti "to save" (menyelamatkan).

Sometimes you feel insecure, insecure about yourself/Sometimes you feel not enough, not enough about yourself.

Demikian prolog lagu ini langsung mengacu pada pesan lagu yang easy listening tapi begitu energik dan memberi spirit optimis dan semangat untuk tetap bertahan.

Baby, hold my hands/Ain't nobody's perfect/It's okay to make mistakes, oooo/Baby, don't you try/To be somebody else's/Coz you gotta move in to let go

Kemudian lagu itu perlahan menukik menuju klimaksnya pada bait selanjutnya. Lalu "racun"-nya yaitu Hoolala Yeah/ Hoola Hoolala Yeah/Hoola Hoola Yeah/Hoola Hoolala Hoolala.

Kekuatan lagu ini ialah pada kecerdikan Yura dan Dhipa, juga timnya tidak saja menghadirkan sebuah lagu, tetapi juga unsur tarian (dance) Tik Tok yang sedang tren di kalangan milenial yang pas dengan semangat lagu ini. 

Yura sendiri menyanyikan sambil berdansa dan seluruh tubuhnya bergerak, kaki, tangan, kepala hingga badan. Hal ini yang baru dan tidak terlalu menonjol pada lagu-lagu sebelumnya.


Memang Yura juga kerap menampilkan koreografinya yang energik, ketika menyanyikan lagu seperti "Superlunar", "Kataji", atau bersama Kunto Aji menyanyikan lagu "Salah".

Tetapi di video Youtube dan penampilan dia menyanyikan lagu yang sama di acara Tonight Show dari Net TV seperti sudah punya pakem bahwa koreografinya sebangun. Dia bisa seirama dengan para dancer-nya.  

Saya lihat yang tetap sama dari penyanyi kelahiran Bandung 9 Juni 1991, dari ketika dia menarik perhatian saya untuk jadi penggemarnya sejak 2013, ialah ialah tetap ceria menyanyi dan (mudah-mudahan terus) rendah hati. Ini catatan pertama.

Kedua, Yura mampu menyuguhkan lagu yang easy listening, tidak ribet terdengarnya dan punya cita rasa global. Sebetulnya bukan lagu pertama yang dia ciptakan berbahasa Inggris, sebelumnya Yura juga menghadirkan "Get Along With You" (2014).  Bahkan lagu berbahasa Sunda pun "Kataji" dibuatnya bernuansa Broadway.

Dalam membuat video klip yang menarik Yura juga tidak mengumbar seksualitas, sekalipun menurut saya dia sudah punya sensualitas sendiri justru lewat keramahan dan tutur katanya. Mode rambutnya juga berganti agar penggemarnya tidak bosan, boleh jadi bagian dari kecerdikannya.

Pendidikan Formal

Yura Yunita (Foto: Instagram/yurayunita)
Yura Yunita (Foto: Instagram/yurayunita)
Sekali lagi seperti yang saya katakan dalam tulisan saya sebelumnya tentang Yura Yunita, bahwa salah satu kreativitas Yura didukung pendidikan formalnya yang tidak diabaikannya. Yura menamatkan pendidikan di Jurusan Humas, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran.

Mungkin jalannya setapak demi setapak, tetapi terus bertahan. Ada penyanyi lain yang polanya sebangun seperti Yura adalah Andien Aisyah, bahkan sudah eksis sejak umur 15 tahun, tetap kreatif di tengah pandemi.

Mungkin karena dia baru melahirkan anak keduanya, kiprahnya masih terbatas. Tetapi tahun ini dia sudah merilis single baru, "Jendela Waktu".  20 tahun bertahan, luar biasa. Saya juga menggemarinya.

Kedua penyanyi sekalipun pop, tetapi mereka punya nuansa jazz yang menjadi kekuatan lain dan musik ini tidak sembarangan bisa dilakoni para penyanyi dan membuka kemampuan untuk berimprovisasi.

Komunitas jazz seperti tempat menempa para penyanyi mengasah kemampuannya. Itu sebabnya Yura, walaupun gagal di sebuah ajang pencarian bakat, tetapi almarhum Glenn Fredly sudah mencium bakatnya dan mengasahnya.

Satu lagi penyanyi yang saya amati bakal muncul ialah dari Bandung, Tiara Putri Effendy, yang juga dari pola yang sebangun. Tidak abai pendidikan formal, yaitu Fikom Unpad juga, dan mengenyam musik jazz dengan baik. 

Setelah muncul dengan "Wahai Tuhan", Tiara muncul dengan "Merona Merah", single yang tak kalah manisnya.  

Ke depan, saya kira Yura akan punya single lain dan album ketiga kalau tidak aral melintang. Pesan saya sekali lagi, tetap rendah hati dan selamat buat Yura.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun